Bank Indonesia menutup tahun 2022 dengan memarkir suku bunga acuannya di level 5,5%. Kenaikan bunga BI mencapai 2% sepanjang tahun ini akan mempengaruhi bunga simpanan maupun pinjaman di perbankan, termasuk pada kredit pemilikan rumah atau KPR.
Bank Sentral mulai menaikkan bunga acuan pada Agustus 2022 sebesar 0,25% untuk mengendalikan inflasi yang meningkat setelah kenaikan harga BBM. Kenaikan suku bunga BI berlanjut pada September, Oktober, dan November masing-masing 0,5% dan bulan ini sebesar 0,25%. Era bunga rendah berganti menjadi era bunga tinggi.
"Keputusan kenaikan suku bunga yang lebih terukur tersebut sebagai langkah lanjutan untuk secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi sehingga inflasi inti tetap terjaga dalam kisaran 3-1%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers secara daring, Kamis (22/12).
Kenaikan suku bunga acuan BI akan ikut mengerek bunga deposito maupun kredit perbankan. Meski demikian, BI memastikan kenaikannya akan terbatas seiring likuiditas perbankan yang longgar.
Perry melaporkan, suku bunga deposito satu bulan pada November 2022 tercatat 3,72% atau meningkat 83 bps dibandingkan dengan Juli 2022. Suku bunga kredit bulan lalu tercatat 9,11% atau meningkat 17 bps dibandingkan Juli 2022.
"Kenaikan suku bunga perbankan yang terbatas tersebut dipengaruhi likuiditas yang masih longgar. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong perbankan untuk membentuk suku bunga kredit yang efisien, akomodatif, dan kompetitif yang dapat mendukung pemulihan ekonom," kata Perry.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat kenaikan bunga BI telah lebih dulu direspons dengan kenaikan bunga deposito. Di sisi lain, ia belum melihat kenaikan bunga pinjaman di perbankan sekalipun bunga acuan sudah naik sejak beberapa bulan lalu.
"Beberapa bulan lalu, bank-bank kecil sudah naikkan bunga deposito. Sekarang memasuki Desember, saya lihat bank-bank besar juga sudah mulai menaikan suku bunga depositonya," kata David saat dihubungi melalui sambungan telepon hari ini.
Menurut dia, kenaikan bunga deposito nantiya akan mendorong kenaikan bunga kredit. Kenaikan bunga biasanya terjadi untuk semua jenis pinjaman, baik kredit konsumsi seperti kredit kendaraan dan rumah maupun kredit untuk usaha. Ia memperkirakan bunga kredit, khususnya untuk kredit modal kerja baru akan naik pada awal tahun depan.
Sementara itu, David menilai perbankan akan berhati-hati menaikan bunga untuk jenis kredit yang persainganya ketat, seperti kredit konsumsi, KPR dan kredit kendaraan. "Bank-bank juga tidak berani untuk buru-buru menaikkan," kata David.
Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan, bunga bank memang akan naik tetapi tidak akan setinggi kenaikan bunga BI. Bank sentral juga tampaknya berupaya untuk menahan agar bank-bank tidak serta menyesuaikan suku bunga kreditnya seiring likuiditas yang masih memadai.
Selain itu, kenaikan bunga acuan bank sentral itu juga ada sisi positifnya terhadap penurunan harga-harga barang. "Kenaikan bunga ini untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan juga menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tren kenaikan suku bunga dunia," kata Rully.