Hobi Ni Nyoman Sri Darwati merajut kian terasah lewat kedisiplinannya berlatih. Perempuan asal Bali yang kini menetap di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara, itu sudah menekuni keterampilan merajut sejak duduk di bangku kelas IV sekolah dasar. Sang ibulah yang mengajarinya.
Kini, Nyoman kerap mengisi waktu luang dengan menekuni hobi. “Saya punya banyak waktu untuk serius merajut,” ujar ibu rumah tangga itu.
Pada 2017, Nyoman belajar cara merajut sepatu dan sandal kepada Arniria Kesuma. Arniaria adalah seorang perajut sekaligus penulis buku tentang keterampilan membuat aneka rajutan.
Setelah membaca buku karya Arniria dan berkonsultasi secara langsung dengan penulisnya, Nyoman mulai memproduksi alas kaki rajut pertamanya. Untuk pemasangan sol, Nyoman meminta bantuan Arniria yang memiliki tempat produksi di Bogor, Jawa Barat.
Nyoman pun kian mahir memproduksi sepatu dan sandal rajut. Lantas, ibu dua anak itu mulai mempromosikan hasil karyanya di media sosial maupun memasarkannya dari mulut ke mulut. Pola yang unik dan kebebasan konsumen melakukan penyesuaian warna dan bentuk kaki membuat produk yang dibuat Nyoman diminati pasar.
Sepatu ukuran paling kecil dibanderol dengan harga Rp250 ribu. Kemudian, sepatu boots dihargai Rp1 juta per pasang, namun bisa bervariasi, tergantung ukurannya. Sementara, untuk sepatu dan sandal perempuan, kisaran harganya yakni Rp750 ribu hingga Rp1 juta per pasang.
Dibantu BRI
Semangat Nyoman menekuni hobi sekaligus berbisnis kian membesar ketika PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menawarinya bergabung di Rumah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Tarutung, tahun lalu. Nyoman pun resmi bergabung dalam naungan Rumah BUMN Tarutung pada Februari 2023.
“Saya berterima kasih sekali kepada BRI sudah berkunjung ke tempat saya, sudah mengajak saya untuk ikut bergabung di Rumah BUMN. Saya sangat berkeinginan memperluas pasar sandal dan sepatu rajut ini,” ucap Nyoman. Di Rumah BUMN Tarutung, Nyoman memiliki tempat display produk sendiri. Produknya dilabeli dengan brand Rura Parbubu Rumah Rajut.
Rumah BUMN, kata Nyoman, sangat diperlukan oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah untuk memperluas jangkauan promosi. “Kalau masalah laku atau tidaknya, itu banyak faktor yang mempengaruhi, seperti ukuran, model, dan warna, mungkin tak sesuai. Tapi, di sana (Rumah BUMN Tarutung) kita kasih nomor kontak, sehingga pelanggan menghubungi untuk memesan,” katanya.
Tak hanya itu, Nyoman juga mendapatkan fasilitas layanan keuangan berupa Kode QR Standar Indonesia (QRIS).
Ia berharap, BRI dapat terus membantu mempromosikan Rura Parbubu Rumah Rajut. “Saya ingin dibantu kalau ada pameran, diajak. Jadi sandal dan sepatu rajut ini keunikannya semakin diketahui masyarakat luas,” pungkas perempuan 58 tahun itu.