Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan pengguna produk Buy Now Pay Later (BNPL). Perusahaan mencatat, hingga akhir tahun 2022 pengguna produk pay later mencatat 1 juta transaksi.
CEO dan Executive Director Home Credit International Radek Pluhar menyatakan, berkenaan dengan terus bertumbuhnya transaksi produk BNPL, perusahaan akan memperluas layanan pay later namun dengan tetap memperhatikan aspek kehati-hatian.
Dia menuturkan, produk BNPL Home Credit hanya diperuntukkan bagi pelanggan eksisting yang telah melalui asesmen dari lembaga penilai kredit.
“Produk ini hanya untuk customer kita yang sudah mengambil pinjaman di toko karena kita melihat dari perilaku customer dari data biro kredit maupun data telco lalu kita buat menjadi scorecard dan melihat apakah bisa customer tersebut dapat menerima pembiayaan,” kata Radek pada wartawan di Jakarta, Rabu (8/3).
Dia pun menuturkan tidak akan sembarang menyalurkan pembiayaan, hanya pelanggan yang dinilai memenuhi syaratlah yang dapat menggunakan layanan ini.
“Kami ingin menekankan pembiayaan yang bertanggung jawab karena pay later itu sangat rentan untuk disalahgunakan oleh pengguna dan penyedianya. Kami tidak mau produk pinjaman kami menjadi penyebab kesusahan banyak keluarga,” kata Radek.
Selain itu, Radek juga menjelaskan bahwa Home Credit memiliki kebijakan 14 hari untuk para pengguna mempertimbangkan kembali pinjamannya.
“Jadi kami tidak sembarang memberikan pinjaman melainkan mereka sadar dan paham tujuan mereka mengambil pinjaman agar bisa mengelola pinjaman tersebut dengan benar,” kata Radek.
Selain di Indonesia, fasilitas pinjaman pay later juga telah tersedia di beberapa negara, seperti di Cina dan Filipina dan Vietnam.
Untuk diketahui, sejak didirikan tahun 2013, Home Credit Indonesia telah menyalurkan pembiayaan kepada sekitar enam juta nasabah dan memiliki sekitar dua belas juta pengguna terdaftar di aplikasi.