Potensi krisis perbankan yang menimpa beberapa bank Amerika Serikat dan Swiss mendorong permintaan atas aset safe haven melonjak. Bahkan harga emas siap untuk mencatatkan minggu terkuatnya dalam dua bulan terakhir imbas kekhawatiran akan resesi yang membayangi.
Hal itu terjadi meski ada intervensi pemerintah dan bailout terhadap bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Namun nampaknya pasar masih tetap gelisah terhadap krisis perbankan yang lebih luas.
Harga emas juga diuntungkan oleh keraguan apakah Federal Reserve memiliki ruang yang cukup untuk terus menaikkan suku bunga mengingat ada tekanan yang meningkat terhadap perekonomian.
Hal ini juga membuat para trader signifikan mengurangi ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Fed, menjelang rapat minggu depan. Pasar memperkirakan hampir 90% kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), lebih kecil dari ekspektasi sebelumnya untuk kenaikan 50 bps.
Hal ini membebani dolar AS namun menguntungkan pasar logam. Alhasil harga emas spot pagi ini naik sedikit di US$ 1.920,12/oz, sedangkan emas berjangka naik 0,1% di US$ 1.923,95/oz. Kedua instrumen ini diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak awal Januari, dan naik hampir 3% untuk minggu ini.
Komisaris Utama PT HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, meredanya kekhawatiran perbankan AS dan Eropa pada Kamis memicu reli saham dan mengurangi permintaan safe haven untuk logam mulia. Begitujuga dengan imbal hasil obligasi global yang lebih tinggi pada Kamis membebani harga logam. Dolar yang lebih lemah pada Kamis membatasi penurunan harga logam.
“Jadi jika dikatakan akan mempengaruhi tren jangka panjang, kemungkinan tidak. Beberapa bank yang bermaslah terlihat mendapat bailout yang cepat,” katanya kepada Katadata, Jumat (17/3).
Sutopo mengatakan, harga emas tahun ini masih berpeluang menembus level resistance US$ 2.000-2.050 per troy ones. Namun akhir tahun diperkirakan akan ada di level US$ 1.958.
“Emas dalam waktu pendek akan mengalami kenaikan harga, namun akan turun kembali ke level support US$ 1.800,” ujarnya.
Sementara Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong menilai, harga emas masih akan naik oleh permintaan bank sentral dan perlambatan ekonomi global.
“SVB bisa membuat harga emas naik lebih tinggi, namun tanpa SVB pun emas masih akan terus naik. Emas akan mencapai US$ 2.100 di akhir tahun,” katanya.
Kenaikan didorong oleh ketidakpastian ekonomi global, perang di Ukraina dan tensi geopolitik lainnya seperti Cina US. Selain itu bank sentral dunia terutama Cina, Turki, dan Rusia juga telah meningkatkan cadangan emasnya dengan besar, terutama sejak perang Ukraina.
Investor sekaligus penulis buku terpopuler "Rich Dad Poor Dad" Robert Kiyosaki pun mengatakan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk investasi pada logam mulia, yakni emas dan perak. Ia menyarankan agar menghindari investasi di sektor kripto. Sebab, saat bank-bank raksasa ambruk, logam mulia yang banyak dicari.
"Dua bank besar telah ambruk. Yang ketiga segera menyusul. Beli emas dan perak sungguhan sekarang. Jangan ETF. Ketika bank ketiga ambruk, emas dan perak akan melonjak," tulis Robert Kiyosaski dalam postingannya di Twitter, Selasa (14/3).
Untuk informasi bahwa harga emas di pasar dunia turut mempengaruhi harga emas di dalam negeri. Faktor lainnya antara lain nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serta besaran permintaan dan penawaran.
Kenaikan harga emas di pasar global baru-baru ini dipicu krisis Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank yang mengguncang AS sejak pekan lalu dan disusul krisis yang dialami Credit Suisse. Kasus Credit Suisse disebut-sebut sebagai penyebab bursa saham Amerika dan Eropa rontok berjamaah serta pelaku pasar kini khawatir jika krisis akan meluas ke bank-bank lain di tingkat global.
Emas dalam hal ini banyak diburu investor karena dianggap sebagai aset safe haven ketika terjadi ketidakpastian ekonomi dan ketegangan politik. Safe haven adalah aset yang diharapkan nilainya tetap atau meningkat walaupun pasar tidak stabil atau bergejolak. Safe haven dicari oleh para investor untuk menghindari aset mereka dari kerugian ketika terjadi penurunan pasar atau krisis keuangan.
Malansir laman Logam Mulia, berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi harga logam mulia khususnya emas batangan atau logam mulia di pasaran:
- Permintaan emas yang terus tumbuh
- Indeks mata uang dolar Amerika
- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
- Inflasi juga mempengaruhi grafik harga emas
- Kebijakan moneter dapat mempengaruhi grafik harga emas
- Kondisi ketidakpastian global