Emiten multifinance, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan pemilik entitas induk Rp 508,81 miliar pada kuartal pertama 2023. Laba perusahaan naik 28,49% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 yaitu Rp 395,96 miliar.
Seiring dengan naiknya laba, BFIN mencetak pendapatan Rp 1,64 triliun di kuartal pertama tahun ini. Pendapatan BFIN alami peningkatan 38,99% dari sebelumnya Rp 1,18 triliun.
Di sisi lain, biaya operasional perusahaan tercatat sebesar Rp 1 triliun atau naik 46,8% secara tahunan (year on year/yoy) sejalan dengan peningkatan kegiatan operasional perusahaan untuk mendukung pertumbuhan piutang selama satu tahun terakhir.
Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono mengatakan, BFIN membukukan peningkatan total aset sebesar 46,5% secara yoyy menjadi Rp 24 triliun, atau naik 9,3% dibandingkan dengan total aset di akhir tahun 2022.
"Peningkatan ini membuktikan semakin kuatnya komitmen BFI Finance untuk terus memperluas akses keuangan bagi masyarakat Indonesia," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (27/4).
Peningkatan didukung oleh realisasi pembiayaan baru di kuartal pertama 2023 yang naik 53,9% yoy atau senilai Rp 6,3 triliun, serupa dengan nilai pembiayaan baru sepanjang kuartal empat 2022 silam.
Sudjono turut menyebutkan, peningkatan aktivitas perekonomian nasional ini tecermin dari kenaikan sisi konsumsi dan investasi serta diperkuat keputusan pemerintah untuk mengakhiri tanggap darurat pandemi. Menurutnya, indikator tersebut turut mendukung pertumbuhan portofolio pembiayaan pada semua segmen produk.
"Sebagian besar portofolio pembiayaan berdasarkan jenis asetnya masih berasal dari pembiayaan kendaraan roda empat, yakni mengambil porsi hingga 67,5% dengan nilai piutang yang dikelola atau managed receivables sebesar Rp 15,2 triliun dari total Rp 22,5 triliun,” kata Sudjono.
Komposisi piutang yang dikelola terbesar lainnya selain pembiayaan kendaraan roda empat yaitu pembiayaan alat berat dan mesin 12,8%, pembiayaan kendaraan roda dua 12,5% dan sisanya merupakan pembiayaan properti. Lalu ada pembiayaan berbasis syariah, serta pembiayaan dari anak usaha yang berkontribusi sebesar 7,2% terhadap piutang yang dikelola perusahaan.
Rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) terpantau rendah di bawah posisi 1%, yakni level bruto 1,06% dan neto 0,43% dengan cakupan penyisihan 3,8 kali. Piutang pembiayaan bersih terkumpul Rp 21,4 triliun atau meningkat 45% dibandingkan periode kuartal satu tahun lalu.
Adapun pada 2023, BFIN telah menerbitkan obligasi berkelanjutan sebanyak dua kali dengan nilai emisi sebesar Rp 2,7 triliun. Obligasi tersebut masing-masing PUB V tahap III sebesar Rp 1,1 triliun dan PUB V tahap IV sebesar Rp 1,6 triliun.