Lumpuhnya aplikasi mobile banking PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI Mobile sejak Senin (8/5) membuat para nasabah tidak dapat bertransaksi secara online. Dampak gangguan ini dirasakan para nasabah di Aceh yang bergantung dengan bank syariah berdasarkan peraturan daerah.

Berdasarkan laman resmi pemerintah Aceh, pengguna BSI mencapai 542.161 pengguna. Regional CEO BSI Region Aceh Wisnu Sunandar mengatakan pengguna BSI naik 151% secara tahunan (year on year/yoy). "Jumlah pengguna yang semakin meningkat ini dipengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat yang semakin digital savvy dan familiar dengan e-banking channel BSI," kata Sunandar dikutip dari laman pemerintah daerah Aceh, Rabu (10/5).

Masyarakat mengeluh sebab di Aceh hanya memiliki dua pilihan bank saja, yakni BSI dan Bank Aceh. “Nasib oh nasib, di Aceh sudah tidak ada bank konvensional disuruhlah pindah ke BSI. Ini malah error sudah 3 hari, gimana kami mau beraktivitas yang membutuhkan mobile banking, ATM, dll. Sedangkan di sini cuma ada Bank BSI dan Bank Aceh,” cuit akun @ TLunarian di Twitter.

Menyikapi hal ini, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, gangguan yang terjadi pada sistem BSI disebabkan oleh serangan.

"Ada serangan, saya bukan ahlinya. Ada tiga poin apalah itu, sehingga mereka down hampir satu hari kalau tidak salah," ujar Menteri BUMN Erick Thohir ditemui di sela-sela KTT ASEAN di Labuan Bajo, Senin (10/5).

Sementara itu, Pengamat Teknologi yang juga Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, menilai gangguan tersebut kemungkinan besar karena serangan siber.

“Kemungkinan besar, BSI terkena serangan siber yang memungkinkan sistemnya dikunci atau tidak tertutup kemungkinan terkena ransomware,” ujar Heru pada Katadata.co.id, Selasa (9/5).

Biasanya, kata Heru, jika terjadi serangan siber saja akan menimbulkan kelumpuhan sesaat. Kemudian bisa dihidupkan lagi atau serangan silence tapi data-data diganggu atau dicuri. Menurutnya, lamanya pemeliharaan hanya terjadi jika sistem diganti dan error. Ketika eror, sistem biasanya dikembalikan ke sistem awal seperti sebelum diperbaharui.

“Sehingga, peluang terjadi ransomware besar karena uang tebusan belum dibayar sehingga sistem masih dikunci. Kita desak agar BSI terbuka pada masyarakat dan BSSN, OJK serta Kominfo menginvestigasi masalah ini agar jelas masalah sebenarnya dan bagaimana mitigasi ke depannya,” kata Heru.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail