Emiten bank BUMN, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menyetujui pembagian dividen tunai Rp 426,01 miliar dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Senin (22/5) di Jakarta.
Rasio dividen yang dibagikan merupakan 10% dari perolehan laba bersih tahun buku 2022. Dari nilai tersebut, besaran dividen per lembar saham BSI yakni Rp 9,24.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjelaskan sebesar 70 % laba tahun buku 2022 akan dialokasikan sebagai laba ditahan. Menurutnya, capaian yang positif di tahun kedua kelahiran BSI merupakan hasil kerja yang solid dan strategi respons yang tepat di tengah berbagai tantangan ekonomi pada 2022.
“Sejalan dengan dukungan pemegang saham dan momentum pertumbuhan ekonomi, kami meyakini kinerja BSI akan terus membaik. Ke depan, kami akan terus memacu pengembangan bisnis dan layanan agar dapat memenuhi ekspektasi nasabah dan seluruh stakeholder perseroan,” kata Hery dalam konferensi pers hasil RUPST, Senin (22/5).
Sepanjang 2022, BSI tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp 4,26 triliun atau tumbuh 40,68% secara tahunan (year on year/yoy).
Pertumbuhan laba perseroan diiringi dengan meningkatnya aset BSI yang saat ini mencapai Rp 305,73 triliun atau tumbuh 15,24% yoy. Selain itu, ditopang oleh pertumbuhan bisnis yang sehat dari segmen retail dan wholesale, peningkatan dana murah, kualitas pembiayaan yang baik, efisiensi dan efektivitas biaya, dan fee based income (FBI).
Peningkatan laba bersih juga didorong oleh pencapaian kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 261,49 triliun yang tumbuh 12,11% secara yoy dan pembiayaan yang tumbuh 21,26% secara yoy menjadi Rp 207,70 triliun
Selain itu, kualitas pembiayaan terjaga baik yang tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) Gross di level 2,42% serta peningkatan fee based income BSI Mobile yang mencapai Rp 251 miliar atau tumbuh 67% secara yoy.
Hingga Desember 2022, total pembiayaan BSI mencapai Rp 207,70 triliun. Porsi pembiayaan didominasi oleh pembiayaan konsumer sebesar Rp 106,40 triliun atau tumbuh 25,94% secara yoy, pembiayaan wholesale sebesar Rp 57,18 triliun atau tumbuh 15,80%, dan pembiayaan mikro Rp 18,74 triliun atau tumbuh 32,71%.