Bank Indonesia mengubah biaya yang dapat dikenakan perbankan atau penyelenggara jasa keuangan atas layanan transaksi QRIS kepada pedagang mikro sebesar 0,3% dari sebelumya 0% mulai bulan ini. Bank sentral menyebut, tarif mechant discount rate (MDR) dibutuhkan untuk menjaga kesinambungan layanan transaksi ini.
Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Dicky Kartikoyono menjelaskan, QRIS bertujuan menyediakan layanan transaksi nontunai yang termurah. Sebelum pandemi, menurut dia, semua pedagang dikenakan tarif MDR sebesar 0,7% untuk layanan QRIS.
"Kalau pakai kartu MDR bisa 1% hingga 3%, sedangkan QRIS sebelum pandemi 0,7%. BI sendiri tidak terima apa-apa. Tapi saat krisis pandemi corona, MDR untuk unit mikro kami ubah jadi 0%," ujar Dicky saat berbincang dengan media, kemarin (13/7).
Ia menjelaskan, layanan QRIS paling banyak digunakan untuk transaksi di bawah Rp 100 ribu yakni mencapai 77% dari total transaksi. Hanya 8-10% dari total transaksi dengan nominal Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta dan hanya 5% untuk transaksi di atas Rp 1 juta.
"Dari situ kelihatan bahwa QRIS ini untuk segmen usaha mikro. Maka harus sesuai dengan kebutuhan mereka, yakni caranya mudah dan tetap murah untuk transaksi kecil," kata dia.
Dicky mencontohkan, biaya QRIS yang dikenakan pedagang untuk transaksi Rp 100 ribu hanya Rp 300 dengan MDR sebesar 0,3%. Biaya tersebut dinilai tidak memberatkan bagi pedagang, termasuk yang berada di pelosok wilayah.
Pengenaan biaya transaksi, menurut dia, dibutuhkan agar para pedagang mendapatkan layanan yang tetap optimal. Pembayaran menggunakan QRIS dapat diterima oleh pedagang pada hari yang sama saat konsumen bertransaksi.
"Penyesuaian MDR ini untuk menjaga keberlanjutan dari penyelenggaraan QRS oleh industri," kata dia.
Dangan tarif MDR sebesar 0,3% bagi pengusaha mikro, menurut dia, keekonomian dan tujuan bank sentral dan industri untuk memperluas penggunaan QRIS akan tercapai. Ia pun menegaskan, pedagang tidak boleh mengenaikan kenaikan biaya layanan QRIS kepada konsumen.
Berdasarkan catatan BI, jumlah pedagang yang telah menggunakan layanan QRIS hingga Mei 2023 mencapai 26,1 juta. Sebanyak 95,87% merupakan UMKM. Adapun volume transaksi QRIS mencapai 184,3 juta dengan nilai mencapai Rp 18,1 triliun.