Citibank Indonesia mendorong upaya pemerintah dalam beralih ke transisi energi dan mencapai target Net Zero Emission (NZE) atau nol emisi pada 2060. Salah satu kontribusi Citibank untuk mendukung pencapaian target tersebut dengan menyalurkan sekitar 10% dari total aset kredit untuk pembiayaan di sektor energi baru terbarukan (EBT).
“Perkiraannya saat ini kalau pakai persentase, kami tetap lihat dari total aset kredit yang kita berikan itu mungkin masih sekitar 10%, yang disalurkan untuk sektor EBT,” ujar Anthonius Sehonamin, Head of Integrated Corporate Bank Citibank Indonesia, di Jakarta, Kamis (21/9).
Anthonius mengatakan, Citibank telah berkomitmen untuk membantu Indonesia dalam beralih menggunakan EBT. Bantuan tersebut berupa pinjaman modal atau kredit investasi. Pasalnya, ia melihat banyak korporasi atau kliennya yang tertarik dalam pengembangan energi hijau atau bersih
“Memang kelihatan sekali kalau dari tahun ke tahun, interaksi dengan klien yang mau mengembangkan EBT itu meningkat. Baik pemain besar, maupun menengah, dan pemain kecil juga pelan-pelan ke sektor EBT,” kata dia.
Meski demikian, Anthonius tidak bisa menyebutkan nominal kredit yang sudah disalurkan Citibank untuk pembiayaan sektor EBT. “Kalau angkanya berapa saya kurang tahu, tapi yang penting itu kami fokus di sektor energi terbarukan,” ujarnya.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi Citibank Indonesia, total penyaluran kredit bank per Agustus 2023 mencapai Rp 42,03 triliun. Jika dihitung dengan asumsi kredit ke sektor EBT sebesar 10% dari total kredit, nilainya sekitar Rp 4,2 triliun.
Citibank Indonesia mendorong transisi energi bukan hanya melalui kredit atau pinjaman saja, melainkan juga membantu Initial Public Offering (IPO) perusahaan-perusahaan yang memiliki bisnis hijau. Citibank juga membantu sejumlah korporasi yang ingin menerbitkan obligasi atau surat utang berupa sustainability bond atau green bond. “Jadi jangan salah, peran Citibank Indonesia dalam mendorong transisi energi itu bukan hanya lewat pinjaman saja,” kata dia.
Menurut International Renewable Energy Agency (IRENA), untuk mendorong percepatan transisi energi dan mewujudkan komitmen penurunan suhu Bumi sebesar 1,5 derajat Celcius sesuai Perjanjian Paris, Indonesia membutuhkan investasi jangka pendek US$314,5 miliar atau sekitar Rp4,7 kuadriliun (kurs Rp15.000/US$) selama periode 2018-2030. Investasi tersebut diperlukan untuk mendorong penjualan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di pasar domestik, meningkatkan kapasitas pembangkit EBT, serta membangun berbagai infrastruktur pendukungnya.
SAFE Forum 2023 akan menghadirkan lebih dari 40 pembicara yang akan mengisi 15 lebih sesi dengan berbagai macam topik. Mengangkat tema "Let's Take Action", #KatadataSAFE2023 menjadi platform untuk memfasilitasi tindakan kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan yang disatukan oleh misi menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih hijau. Informasi selengkapnya di sini.