PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melaporkan telah membeli unit karbon setara 3.000 ton CO2 saat perdagangan perdana karbon yang berlangsung di Bursa Efek Indonesia, pada Selasa (26/9). Dalam perdagangan perdana itu, bank-bank kakap ikut menjadi pembeli bursa karbon.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan Bank Mandiri telah menyalurkan portofolio berkelanjutan (sustainable portfolio) sebesar Rp 242 triliun atau 25% dari total portofolio kredit, dengan porsi pembiayaan hijau (green financing) sebesar Rp 115 triliun per Juni 2023.
Rudi menyebut Bank Mandiri telah membiayai berbagai kegiatan usaha berfaktor lingkungan dan proyek-proyek energi terbarukan, serta transportasi bersih (clean transportation) melalui pembiayaan hijau. "Kami terus berupaya mengurangi jejak karbon dan emisi dari aktivitas operasionalnya," kata Rudi dalam keterangan resmi, Rabu (27/9).
Bank Mandiri juga melakukan sejumlah langkah dan inovasi. Misalnya, meluncurkan digital carbon tracking, menggunakan electric vehicle sebagai kendaraan operasional, instalasi panel surya, dan inisiatif carbon insetting melalui restorasi dan konservasi lahan, serta mendorong efisiensi energi.
Selain itu, Bank Mandiri juga telah memiliki produk instrumen keuangan dalam mendukung transisi ekonomi rendah karbon di Indonesia. "Bank Mandiri memiliki produk sustainability bonds, green bonds, ESG Repo, investasi ESG berupa green mutual funds, serta pembiayaan segmen retail pada kendaraan listrik dan panel surya," ujar Rudi.
Sebagai informasi, para pembeli unit karbon dalam perdagangan perdana di IDX Carbon adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) , PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT BNI Sekuritas, dan PT BRI Danareksa Sekuritas. Pembeli lainnya di luar industri perbankan ada PT CarbonX Bumi Harmoni, PT MMS Group Indonesia, PT Multi Optimal Riset dan Edukasi, PT Pamapersada Nusantara, PT Pelita Air Service, PT Pertamina Hulu Energi, dan PT Pertamina Patra Niaga.