Pernikahan merupakan momen indah yang dinanti-nanti setiap orang. Namun ada beberapa hal yang harus diketahui setiap orang yang memiliki rencana untuk menikah.

Untuk yang ingin menikah, pasangan wajib memikirkan pesta pernikahan dan kehidupan setelahnya. Sebab akan banyak dana yang digelontorkan saat menikah. 

Menurut data iPrice, biaya pesta pernikahan untuk masyarakat kelas menengah di Indonesia pada 2021 rata-rata mencapai Rp 191 juta. Sementara pendapatan perkapita pada 2022 yakni Rp 71 juta per tahun menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).

Jika ada pasangan yang ingin memiliki pesta pernikahan senilai Rp 191 juta, dan merupakan golongan dengan gaji Rp 71 juta per tahun. Maka durasi untuk menabung yaitu 2,6 tahun atau hampir 3 tahun, tanpa pengeluaran lain apalagi makan di restoran.

Berbeda cerita dengan orang yang memang dari golongan kaya raya yang tidak memikirkan pengeluaran pesta pernikahan. Namun untuk golongan menengah, memaksakan diri untuk membuat pesta pernikahan ala konglomerat hingga harus berutang ratusan juta, akan berdampak setelah menikah. Sebab akan ada banyak pengeluaran yang muncul yang menimbulkan masalah keuangan.

Mr. Cuan dari Katadata Indonesia merangkum masalah keuangan dalam pernikahan, yang pertama kurang atau sama sekali tidak memiliki komitmen dari kedua belah pihak untuk menabung bersama.

Kedua, setiap pasangan harus terbuka soal utang pribadi sebelum menikah. Sebab setelah menikah, utang bawaan setiap pribadi pastinya harus diselesaikan.

Ketiga, terbuka mengenai kesenangan pribadi atau hobi. Mungkin ini dipandang tidak terlalu penting, namun hobi juga bisa mempengaruhi keuangan keluarga. Apalagi jika hobi masing-masing pasangan bernilai mahal.

Di sini, pribadi satu sama lain sudah waktunya melihat pengeluaran prioritas. Sebab akan banyak kebutuhan rumah tangga yang lebih penting. Namun demikian, setiap pasangan masih bisa meneruskan hobinya, walaupun harus disesuaikan dengan budget.

Keempat, sindrom kekuatan. Dalam beberapa kejadian, ada pasangan yang selalu membandingkan penghasilan masing-masing. Ada yang merasa memiliki kekuatan ketika gajinya lebih besar. Atau sebaliknya, suami atau istri merasa minder ketika salah satunya memiliki penghasilan yang lebih tinggi.

Sebabnya, tidak sedikit yang memperdebatkan masalah gaji besar atau kecil. Padahal, akan banyak tantangan ke depan yang seharusnya dipikirkan untuk dicari jalan keluarnya.

Kelima yaitu membiayai keluarga masing-masing. Perkawinan di Indonesia tidak hanya menyatukan dua orang. Tetapi pada kenyataannya menyatukan dua keluarga menjadi satu. Kenyataan yang kerap dirasakan oleh para suami istri ketika menikah yaitu masih bertanggung jawab untuk mengurus keluarga masing-masing.

Tak sedikit pula, beberapa pasangan bertengkar akibat dari tanggung jawab bawaan. Oleh sebab itu harus ada komunikasi untuk mengatur keuangan yang diberikan kepada setiap keluarga.

Lalu bagaimana solusinya?
1. Komitmen buka rekening bersama mengenai jumlah yang akan ditabung dari masing-masing pihak.
2. Komunikasikan gaya hidup ataupun hobi dan perbedaan kepribadian. Harus kompromi untuk kepentingaan bersama.
3. Jangan jadikan perbedaan penghasilan sebagai sebuah masalah.
4. Jangan berselingkung keuangan. Dalam poin ini, suami istri wajib komunikasi satu sama lain jika ingin membeli sesuatu yang nilainya besar.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail