PT Bank Mandiri Tbk membidik penyaluran kredit infrastruktur untuk mempercepat pemerataan ekonomi. Upaya ini selaras dengan visi Indonesia 2045, yang salah satunya berfokus pada pemenuhan prasarana dasar, mendorong konektivitas, dan pemerataan pembangunan antarwilayah.
Bank Mandiri menyalurkan kredit infrastruktur sesuai klasifikasi dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Pada akhir 2023, jumlahnya mencapai Rp301,77 triliun. Nilai tersebut tumbuh 15,95% secara tahunan (YoY), dari posisi 2022 sebesar Rp260,25 triliun.
Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Susana Indah Kris Indriati mengatakan, pembiayaan tersebut disalurkan ke berbagai subsektor seperti jalan, transportasi, migas dan energi terbarukan, tenaga listrik, telematika, perumahan rakyat dan fasilitas kota, hingga konstruksi.
Kredit ini termasuk untuk pembangunan jalan tol, bandara, pelabuhan, dan jalur kereta api. “Ini merupakan bentuk komitmen Bank Mandiri untuk terus konsisten menjadi salah satu pendukung penguatan infrastruktur tanah air di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),” ujar Susana dalam siaran pers, Kamis (15/2).
Penyaluran kredit infrastruktur bank bersandi saham BMRI tersebut paling banyak disalurkan untuk subsektor transportasi. Angkanya melonjak 24,79% (YoY) menjadi Rp78,29 triliun pada pengujung 2023. Lalu, penyaluran kredit untuk subsektor tenaga listrik mengalami peningkatan 18,34% (YoY) menjadi Rp51,50 triliun.
Kemudian, subsektor telematika naik 13,41% (YoY) menjadi Rp28 triliun pada 2023. Sementara itu, kucuran kredit infrastruktur untuk sektor migas dan energi terbarukan tumbuh 30,33% (YoY) menjadi Rp27,74 triliun.
Susana melihat peluang sektor infrastruktur akan terus meningkat ke depannya. Berdasarkan riset Bank Mandiri, belanja infrastruktur bakal meningkat pada APBN 2024 sebesar Rp423,4 triliun, atau naik 6% dari outlook APBN 2023 yang sebesar Rp399,6 triliun. Sedangkan, arah kebijakan infrastruktur 2024 akan difokuskan untuk mendukung proyek strategis nasional.
Adapun target pembangunan infrastruktur mencakup belanja infrastruktur pelayanan dasar seperti transportasi dan konektivitas, pendidikan dan kesehatan, serta teknologi, informasi, dan komunikasi. Ini membuktikan, pembangunan infrastruktur masih dibutuhkan sebagai salah satu mesin pencetak perekonomian yang berkelanjutan.
Susana yakin, penyaluran kredit infrastruktur akan terus bertumbuh. “Oleh sebab itu, Bank Mandiri akan konsisten mendukung pembiayaan infrastruktur dari hulu ke hilir dengan expertise yang relatif komplet dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian,” kata dia.
Senada, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan sektor infrastruktur memiliki andil yang signifikan. “Proyek infrastruktur memiliki multiplier effect yang besar dalam perekonomian, termasuk penciptaan kesempatan kerja,” ucap dia.
Berdasarkan riset Tim Ekonom Bank Mandiri, dampak ekonomi proyek infrastruktur yang diprioritaskan pemerintah seperti pembangunan jalan tol, Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodebek, serta kawasan pariwisata dan industri senilai Rp430 triliun berpotensi meningkatkan produk domestik bruto sebesar Rp690,5 triliun.
Selain itu, terdapat potensi penyerapan 2,4 juta tenaga kerja baru dari pembangunan berbagai proyek infrastruktur. Secara jangka menengah dan panjang, pembangunan infrastruktur juga berdampak positif bagi industri turunannya, seperti pengadaan listrik dan gas, akomodasi, transportasi dan pergudangan, hingga industri pengolahan dan properti.