Imbal Hasil Obligasi AS Naik, Bitcoin Merosot 4,76% ke Rp 1,04 Miliar

ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/aww/cfo
Harga Bitcoin (BTC) merosot dua hari berturut-turut seiring kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan penguatan mata uang dolar.
Penulis: Hari Widowati
3/4/2024, 06.46 WIB

Harga Bitcoin (BTC) merosot dua hari berturut-turut seiring kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan penguatan mata uang dolar. Pada perdagangan Selasa (2/4), harga Bitcoin turun lebih dari 4,76% ke US$66.134 atau Rp 1,04 miliar (kurs Rp 15.800/USD).

Menurut data Coin Metrics, penurunan Bitcoin selama dua hari berturut-turut mencapai 7%. Level terendah Bitcoin dalam dua hari terakhir adalah US$64.572 atau Rp 1,02 miliar.

Bitcoin diperdagangkan di sekitar US$70.000 (Rp 1,11 miliar) sebelum data menunjukkan pertumbuhan di sektor manufaktur untuk pertama kalinya sejak September 2022 dan spekulasi investor tentang penurunan suku bunga pada bulan Juni mulai mereda. Bitcoin saat ini sudah turun sekitar 11% dari level tertinggi sepanjang masa, yang dicapai pada 14 Maret lalu.

Harga Ethereum (ETH) ikut longsor 5,6% dan diperdagangkan pada US$3.240 (Rp 51,19 juta). Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor sepuluh tahun mencapai level tertinggi tahun ini. Dolar AS yang memiliki hubungan terbalik dengan Bitcoin juga mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir.

"Bitcoin tidak perlu banyak alasan untuk mengalami periode koreksi setelah kinerja yang begitu eksplosif di kuartal satu," kata Joel Kruger, ahli strategi pasar di LMAX Group kepada CNBC, Selasa (2/4).

Ia menyebut data ekonomi AS menguat akhir-akhir ini, sementara inflasi terus menjadi perhatian. Hal ini telah menghasilkan perhitungan baru terhadap ekspektasi suku bunga The Fed,. Pasar menerjemahkan hal ini sebagai permintaan dolar AS secara luas karena perbedaan imbal hasil dolar AS yang lebih menarik.

Pergerakan Bitcoin mungkin diperburuk oleh investor Bitcoin besar, yang sering disebut sebagai "paus". Mereka mentransfer lebih dari 4.000 Bitcoin ke bursa Bitfinex, pada Senin (1/4) malam. Data dari CryptoQuant menunjukkan lonjakan cadangan di bursa tersebut. Hal ini biasanya menandakan peningkatan aktivitas penjualan Bitcoin.

Saham-saham Terkait Bitcoin Ikut Turun

Saham-saham yang terkait dengan performa Bitcoin ikut terseret. Saham bursa kripto Coinbase turun 2%. Sementara itu, perusahaan perangkat lunak MicroStrategy, yang sebagian besar diperdagangkan sebagai proksi harga Bitcoin, harga sahamnya turun 3%.

Saham penambang Bitcoin terbesar, Marathon Digital dan Riot Platforms masing-masing sudah tergerus 8% dan 7%. Adapun saham CleanSpark, salah satu penambang Bitcoin dengan kinerja terbaik tahun ini, anjlok 9%.

Bulan April bisa menjadi bulan yang penuh gejolak untuk kripto dan saham-saham terkait, terutama saham-saham penambang Bitcoin. Para investor mengantisipasi halving Bitcoin yang akan memangkas imbalan bagi penambang Bitcoin sebesar setengahnya.

Peristiwa halving ini dapat merusak kinerja para penambang, tetapi secara historis telah membuat mata uang kripto ini mengalami reli sebesar 300% atau lebih pada bulan-bulan berikutnya. Sepanjang tahun ini, harga Bitcoin masih mencatat kenaikan sebesar 55%.