Brad Garlinghouse, CEO Ripple, memproyeksikan kapitalisasi pasar gabungan dari pasar mata uang kripto akan mencapai US$5 triliun (Rp 79,45 kuadriliun) pada tahun ini. Ia mengutip beberapa faktor makro, aliran dana ke reksa dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin spot, dan halving Bitcoin akan memengaruhi proyeksi tersebut.
"Saya telah berkecimpung di industri ini untuk waktu yang lama, dan saya telah melihat tren ini datang dan pergi," kata Garlinghouse kepada CNBC, Senin (8/4).
Ia sangat optimistis tren makro dan ETF Bitcoin spot akan mendorong permintaan investor institusi terhadap aset kripto. "Tidak perlu gelar sarjana ekonomi untuk mengetahui apa yang terjadi ketika penawaran berkurang dan permintaan bertambah," ujar Garlinghouse.
ETF Bitcoin spot yang pertama disetujui pada 10 Januari oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (US SEC). ETF ini diperdagangkan di bursa saham AS dan memungkinkan institusi dan investor retail untuk mendapatkan eksposur ke Bitcoin tanpa secara langsung memiliki aset acuannya.
Sementara itu, Bitcoin halving adalah peristiwa teknis yang terjadi setiap empat tahun sekali dalam sejarah Bitcoin. Peristiwa ini membagi dua total hadiah penambangan kepada para penambang Bitcoin. Para penambang Bitcoin menggunakan komputer dengan daya besar untuk memverifikasi transaksi dan mencetak token baru.
Peristiwa halving terakhir terjadi pada tahun 2020, dan yang berikutnya dijadwalkan akan terjadi pada 20 April ini.
"Kapitalisasi pasar industri kripto secara keseluruhan... dengan mudah diprediksi akan berlipat ganda pada akhir tahun ini... [karena] dipengaruhi oleh semua faktor makro ini," kata Garlinghouse.
Total kapitalisasi pasar kripto sekitar US$2,6 triliun (Rp 41,31 kuadriliun) pada tanggal 4 April. Jika pasar berlipat ganda, itu berarti total kapitalisasi pasar kripto yang baru akan mencapai US$5,2 triliun (Rp 82,63 kuadriliun).
Bitcoin telah melonjak lebih dari 140% dalam 12 bulan terakhir. Menurut data CoinGecko, Bitcoin mencapai rekor tertinggi di atas US$73.000 (Rp 1,16 miliar) pada 13 Maret. Namun, sejak saat itu harga Bitcoin turun jauh di bawah level US$70.000 (Rp 1,11 miliar).