Perusahaan investasi AllianceBernstein menjadi perusahaan terbaru yang optimistis harga Bitcoin (BTC) bisa menyentuh US$150.000 atau Rp 2,4 miliar pada 2025 atau lebih cepat. Terlepas dari kondisi saat ini, mereka melihat potensi kenaikan Bitcoin dalam jangka panjang.
Para analis AllianceBernstein dalam laporannya mengatakan mereka merasa lebih optimistis terhadap prediksi harga US$150.000 untuk mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini. AllianceBernstein tahun lalu menetapkan angka optimistis terhadap Bitcoin.
"Kami percaya bahwa kita hanya berada di kuartal pertama dari siklus ini, dan pasar masih memiliki waktu 15-18 bulan lagi sebelum kita mempertimbangkan pasar ini mencapai puncaknya," tulis analis Gautam Chhugani dan Mahika Sapra, Analis AllianceBernstein dalam risetnya, Senin (6/5), seperti dikutip Decrypt.
Mereka bukanlah satu-satunya ahli yang mengatakan bahwa US$150.000 (Rp 2,4 miliar) sudah di depan mata. April lalu, bank multinasional Inggris, Standard Chartered, mengatakan bahwa ETF akan terus populer dan dimasukkan dalam dana makro yang lebih luas. Hal ini akan menyebabkan harga mata uang kripto meroket hingga US$150.000 pada akhir tahun ini.
Analis dari kedua perusahaan melihat peluncuran ETF Bitcoin spot pada bulan Januari sebagai pendorong utama. "Penerbit ETF terus memberikan umpan balik positif dari dialog mereka dengan para pengalokasi aset, dan dalam siklus ini kami telah melihat mesin pemasaran institusional terbaik sedang bekerja (yaitu BlackRock, Fidelity)," tulis AllianceBernstein.
Mereka juga berpendapat bahwa permintaan untuk ETF yang baru disetujui akan terus berlanjut. Hal ini memberikan sentimen positif yang semakin menaikkan harga koin digital. ETF Bitcoin spot tersebut mengalami posisi terendah dan tertinggi pada minggu lalu.
Pada Januari lalu, Komisi Sekuritas dan Bursa AS (US SEC) akhirnya mengesahkan 11 ETF Bitcoin spot, yang memungkinkan mereka untuk diperdagangkan di bursa saham. Dana ini telah menarik banyak modal ke pasar karena investor biasa mencari eksposur ke mata uang kripto melalui akun pialang yang ditawarkan oleh perusahaan keuangan tradisional seperti VanEck, BlackRock, dan Fidelity.
Didukung oleh demam ETF, harga Bitcoin mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa di US$73.747 (Rp 1,18 miliar) dua bulan yang lalu. Namun, sejak saat itu harga Bitcoin turun hingga di bawah US$57.000 (Rp 912 juta) minggu lalu. Menurut CoinGecko, BTC sekarang diperdagangkan sedikit di atas US$63.000 per koin (Rp 1 miliar).
Namun, selama akhir pekan, arus keluar ETF berbalik arah karena uang kembali membanjiri dana tersebut. "Lintasan ke atas baru-baru ini membersihkan kelebihan leverage pada kontrak berjangka di bursa kripto," kata analis AllianceBernstein.