COD Tetap Dipilih di Tengah Perkembangan Transaksi Digital

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/rwa.
Penulis: Dini Hariyanti
11/6/2024, 17.56 WIB

 

Di tengah perkembangan transaksi digital, metode pembayaran cash on delivery (COD) tetap menjadi pilihan sebagian besar konsumen e-commerce. Pasalnya, COD dirasakan lebih terpercaya dibandingkan metode nontunai.

Kehadiran COD menunjukkan pentingnya alternatif metode pembayaran dalam membangun kepercayaan dan memfasilitasi transaksi daring di pasar Indonesia. Metode ini juga menawarkan fleksibilitas yang memungkinkan konsumen melakukan pembayaran ketika barang sudah diterima. 

Chief Marketing Officer Lion Parcel Kenny Kwanto mengatakan, di dalam menyikapi perkembangan belanja daring di Tanah Air, memang diperlukan opsi pembayaran yang bisa menyesuaikan segmen pasar. Salah satu di antaranya adalah fitur bayar di tempat alias COD.

"Di tengah digitalisasi, tren pembayaran COD juga berkembang. Bukan tidak mungkin sistem dan layanan yang ada saat ini dapat turut berkontribusi dalam mendorong transaksi masyarakat ke akses yang lebih digital," tutur Kenny melalui keterangan tertulis, Selasa (11/6). 

Pembayaran COD tetap membutuhkan perhatian agar keamanan dan kenyamanan pembeli dan penjual terjamin.

Head of Communications Tokopedia and ShopTokopedia Aditia Grasio Nelwan menyatakan, pihakya memastikan pengalaman yang aman bagi penjual saat memanfaatkan fitur Bayar di tempat. Caranya, pengguna yang tak melakukan pembayaran transaksi Bayar di Tempat sebanyak dua kali akan ditutup aksesnya terhadap fitur ini selama 60 hari.

“Setelah pengguna merasakan kemudahan bertransaksi daring melalui fitur Bayar di Tempat, kami berharap pengguna juga bisa memanfaatkan metode pembayaran digital agar dapat berpartisipasi lebih jauh dalam meningkatkan inklusi keuangan nasional dan pemerataan ekonomi secara digital,” ujar Aditia.

Sebelumnya, hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan metode pembayaran COD atau tunai menjadi metode pembayaran yang paling banyak digunakan yaitu mencapai 83,11 persen pada 2022.

Ada beberapa alasan mengapa COD masih dibutuhkan di Indonesia. Pertama, skema ini memungkinkan untuk menjangkau populasi yang belum memiliki akses perbankan atau yang dikenal sebagai unbanked population. Di Indonesia, masih banyak masyarakat yang tidak memiliki akses ke layanan perbankan, sehingga COD menjadi solusi yang relevan bagi mereka.

Selain itu, COD juga berperan penting dalam menjembatani transaksi dari luring ke daring (O2O). Bagi konsumen yang lebih nyaman bertransaksi secara langsung di toko atau pasar tradisional, metode pembayaran tunai saat menerima barang secara langsung di rumah menjadi pilihan yang lebih menarik.

Esther Sri Astuti selaku Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) menyatakan, pilihan pembayaran belanja daring melalui CODt tetap banyak dipilih masyarakat karena memudahkan.

Menurutnya, hal tersebut menjadi jalan tengah bagi konsumen dan merchant karena pembayaran dilakukan ketika barang telah sampai. Selain itu, COD memberikan keamanan tersendiri bagi mereka yang belum yakin dengan keamanan belanja lewat platform daring. 

Tingginya penggunaan uang kertas di beberapa daerah di Indonesia juga menjadi alasan lain mengapa skema COD tetap relevan. Di daerah-daerah terutama di luar kota-kota besar, yang mana peredaran uang kertas masih sangat tinggi, COD menjadi opsi pembayaran yang lebih mudah dan diterima masyarakat.

Selain itu, di dalam beberapa kasus, COD dapat meningkatkan kepercayaan konsumen, terutama bagi mereka yang khawatir tentang keamanan pembayaran online atau kualitas barang yang akan diterima. Hal ini dapat membantu meningkatkan konversi penjualan dan kepercayaan konsumen terhadap penjual, serta meminimalkan risiko pembayaran bagi kedua belah pihak.