Schroders Investment Management Indonesia menyebut kinerja Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia terburuk pada kuartal II 2024. Chief Investment Officer Schroder Investment Management Indonesia, Irwanti mengatakan MSCI Indonesia lebih rendah apabila  dibandingkan angka rata-rata global. 

Apabila dilihat dari tren penurunannya, kata Irwanti, MSCI Indonesia tercatat telah merosot sebanyak 10,5% dalam tiga bulan, yakni April, Mei, dan Juni 2024. Sebaliknya, negara dengan performa MSCI terbaik adalah India, dengan pertumbuhan di periode yang sama sebesar 10%.

“Jadi kalau ranking-nya itu merah, merahnya gelap sekali, berarti kita underperform, jadi kalau kita lihat kuartal kedua kita itu underperform sekali,” kata Irwanti dalam Market Outlook & Business Update 2H 2024 di Kantor Schroders, Jakarta, Senin (8/7).

Schroders mencatat bahwa kinerja MSCI India didorong oleh terpilihnya kembali Narendra Modi sebagai perdana menteri India dengan selisih suara tipis dari lawannya. Kemenangan Modi dengan koalisi yang lebih besar menurunkan kekhawatiran pasar saham India dan meningkatkan kinerja MSCI-nya.

Di samping itu, China juga menunjukkan performa baik dengan kinerja positif MSCI-nya pada kuartal kedua tahun ini, meningkat sebesar 6%. Hal ini menandai pembalikan (rebound) dari kinerja negatif di awal tahun atau kuartal pertama.

Kemudian, lanjut Irwanti, Schroders melihat bahwa investor asing mulai masuk ke pasar saham China karena mereka menilai valuasi pasar saham di sana relatif murah. Sebaliknya, investor asing justru mengurangi ketertarikan mereka terhadap pasar saham Indonesia. 

Selain itu, terdapat dua negara lain di pasar negara berkembang (emerging market) yang menunjukkan performa kurang baik menurut indeks MSCI, yaitu Thailand dan Filipina. MSCI Thailand mengalami koreksi sebesar 4,2%, Filipina turun 7,3%, dan Indonesia turun hingga 10,5%.

“Jadi itu yang menyebabkan performa kita kurang baik di kuartal kedua,” sambung dia.

Di sisi lain, beberapa negara lain menunjukkan kinerja MSCI yang positif. Salah satu yang mencatatkan kinerja paling kuat adalah MSCI World, yang mayoritas berisi saham-saham dari pasar Amerika Serikat (AS). Ia menyebut Amerika dan India diprediksi menjadi dua negara dengan performa pasar saham terbaik tahun ini.

Secara keseluruhan, rata-rata pertumbuhan MSCI dunia mencapai 11,6% year-to-date (ytd). Pertumbuhan pasar India secara khusus naik 17,1%, didorong oleh pertumbuhan kuat di sektor teknologi Amerika. Namun, apabila melihat MSCI Indonesia, justru turun sebesar 7,3% year-to-date

Schroders Indonesia menilai kinerja indeks saham di negara berkembang saat ini berada di bawah rata-rata negara maju. Hal itu karena kapitalisasi pasar di negara maju yang lebih besar dan likuid. Dengan demikian, kata Irwanti, investor asing tidak ada alasan untuk kembali berinvestasi di pasar negara berkembang seperti Indonesia.

Irwanti juga menyayangkan karena harapannya pasar negara berkembang bisa mengungguli pasar negara maju. Tujuannya adalah untuk menarik investasi masuk, menguatkan mata uang, dan meningkatkan performa pasar secara keseluruhan. Jika pasar negara maju terus unggul, orang cenderung memilih untuk berinvestasi di sana.



Reporter: Nur Hana Putri Nabila