UOB Business Outlook Study 2024 menunjukkan usaha kecil menengah (UKM) dan perusahaan skala besar di Indonesia tetap optimistis di tengah inflasi tinggi serta tantangan ekonomi global yang memengaruhi biaya operasi dan rantai pasok. Mereka juga menunjukkan keinginan kuat untuk meningkatkan profitabilitas melalui ekspansi ke luar negeri, khususnya di ASEAN.
UOB Business Outlook Study merupakan survei yang dilaksanakan terhadap 525 responden UKM dan perusahaan skala besar di Indonesia pada akhir Desember 2023 hingga pertengahan Januari 2024. Perusahaan yang disurvei memiliki pendapatan Rp 6 miliar hingga Rp 3 triliun.
"Lebih dari sembilan dari sepuluh bisnis terdampak inflasi yang tinggi pada tahun 2023. Akan tetapi, dibandingkan dengan dunia usaha di negara lain yang diikutkan dalam survei tersebut, dunia usaha di Indonesia paling optimis terhadap masa depan," ujar Jasmine Yeo, Head of Insights & Transformation, UOB Singapore, dalam UOB Media Editors Circle, pada Senin (12/8).
Untuk mengatasi tantangan tersebut, perusahaan-perusahaan di Indonesia telah mengambil sejumlah langkah. Misalnya, meningkatkan produktivitas guna mencapai efisiensi, menerapkan digitalisasi untuk mendorong penghematan biaya, serta lebih aktif dalam negosiasi harga dengan pemasok atau vendor.
Harapman Kasan, Wholesale Banking Director, UOB Indonesia, mengatakan dunia usaha di Indonesia menunjukkan ketahanan dan optimisme yang luar biasa dalam menghadapi tantangan ekonomi. UOB Business Outlook Study 2024 menyoroti aspirasi dan pandangan positif dunia usaha terhadap iklim usaha di Tanah Air, dan memberikan wawasan terkait langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi masalah yang tengah dihadapi di masa mendatang.
"UOB Indonesia terus mendukung pertumbuhan dunia usaha dengan menawarkan solusi keuangan dan layanan konsultasi yang diperlukan dalam membantu perusahaan berkembang di dunia yang kian digital dan saling terhubung," ujar Harapman.
UKM dan perusahaan skala besar yang disurvei oleh UOB menilai digitalisasi dan adopsi keberlanjutan penting untuk pertumbuhan masa depan. Mereka yakin adopsi digitalisasi akan mencapai produktivitas yang lebih tinggi, meningkatkan jangkauan pelanggan, serta meningkatkan kinerja usaha.
"Hasilnya, hampir sembilan dari sepuluh bisnis di Indonesia telah melakukan digitalisasi di satu atau sejumlah departemen seperti di layanan profesional, manufaktur, dan teknik," ujar Jasmine Yeo.
Di antara UKM dan perusahaan yang telah mengadopsi digitalisasi, beberapa telah mencatatkan peningkatan dalam pengalaman pelanggan dan profitabilitas. Namun, pebisnis di Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan dalam perjalanan digitalisasi mereka. Sebanyak 47% responden khawatir terhadap keamanan siber. Adapun 36% responden menghadapi risiko tinggi akibat pembobolan data.
Dunia usaha juga menilai manajemen rantai pasok penting bagi 98% bisnis, termasuk sektor manufaktur dan teknik, serta teknologi, media, dan telekomunikasi. Namun, lebih dari tujuh dari sepuluh bisnis menyatakan ketegangan geopolitik telah berdampak signifikan pada rantai pasok, khususnya di sektor manufaktur dan teknik serta layanan bisnis.
"Meningkatnya biaya pasokan akibat inflasi dan suku bunga, ditambah dengan peralihan ke strategi pasokan untuk berjaga-jaga guna mengurangi risiko kekurangan, menjadi salah satu dari tiga tantangan utama yang dihadapi bisnis," kata Jasmine Yeo.
Membidik Ekspansi di ASEAN
UOB Business Outlook Study 2024 juga mengungkap bahwa 93% responden menunjukkan keinginan yang kuat untuk meningkatkan profitabilitas dan pendapatan melalui ekspansi ke luar negeri, khususnya di ASEAN. Perusahaan di sektor manufaktur, teknik, dan layanan bisnis membidik ekspansi ini.
Mereka termotivasi untuk memperluas pasar pada skala internasional guna membangun reputasi, memanfaatkan jaringan regional atau global, serta memanfaatkan peluang untuk produk dan layanan yang ditawarkan. "Keinginan akan ekspansi ke luar negeri sebagian besar mengarah ke negara-negara ASEAN (78% responden) dan negara-negara di Asia Utara lainnya (31% responden)," ujar Yeo.
Malaysia dan Singapura menjadi tujuan utama untuk ekspansi pebisnis Indonesia di kawasan ASEAN. Namun, 48% dunia usaha masih berupaya menemukan mitra yang tepat untuk kerja sama di pasar luar negeri. Lebih dari 40% responden masih memiliki dukungan keuangan atau dana yang belum memadai.
Mardyana Listyowati, Plt Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, mengatakan UKM Indonesia sudah merambah banyak negara di ASEAN. "Di Filipina, Malaysia, dan Thailand sudah ada minimarket kita. Ada juga pengusaha kopi di Malaysia, Filipina, Jepang, dan Australia," ujar Mardyana.
Ia menyebut Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional melakukan promosi dagang ke luar negeri dan memberikan pendampingan untuk sertifikasi halal dan eksibisi ke luar negeri. Kemendag juga menyediakan aplikasi INA Export untuk menghubungkan perusahaan di Indonesia dengan pembeli di luar negeri, termasuk untuk mengikuti pameran-pameran di luar negeri.