CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap di Prancis, Harga TON Anjlok 16%

Shutterstock
Penangkapan Pavel Durov telah mengirimkan gelombang kejut ke seluruh komunitas kripto. Hal ini menyebabkan penurunan signifikan pada harga TON, mata uang kripto asli Telegram.
Penulis: Hari Widowati
26/8/2024, 10.40 WIB

Pavel Durov, pendiri dan CEO aplikasi pesan terenkripsi Telegram , ditangkap sekitar pukul 20.00 di bandara Le Bourget, Prancis, pada Sabtu (24/8). Durov, yang berkewarganegaraan Prancis-Rusia, ditahan oleh Gendarmerie Transportasi Udara (GTA) saat turun dari jet pribadinya. Dia didampingi oleh seorang pengawal dan seorang wanita.

Penangkapan Pavel Durov telah mengirimkan gelombang kejut ke seluruh komunitas kripto. Hal ini menyebabkan penurunan signifikan pada harga TON, mata uang kripto asli Telegram.

Dalam waktu satu jam setelah berita tersebut beredar, harga TON anjlok sebesar 16%. Ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap masa depan Telegram dan proyek-proyek terkait. Ketidakpastian seputar pertarungan hukum Durov dan potensi tindakan keras terhadap Telegram telah meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya pengawasan dan ketidakstabilan regulasi.

Mengapa Durov Dianggap Buron?

Penangkapan Durov dipicu oleh surat perintah penggeledahan Prancis yang dikeluarkan oleh Kantor Direktorat Polisi Yudisial Nasional Prancis (OFMIN). Surat perintah tersebut hanya berlaku di wilayah Prancis, sehingga penangkapan ini dilakukan saat Durov mendarat di Prancis dari Azerbaijan.

Menurut pihak berwenang Prancis, Durov masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) karena tuduhan serius terhadap Telegram. Fitur-fitur platform ini, termasuk kurangnya moderasi konten, penggunaan nomor sekali pakai, dan mata uang kripto, diyakini telah memfasilitasi kegiatan ilegal seperti perdagangan narkoba, kejahatan pelecehan seksual terhadap anak, dan penipuan.

Para penyelidik Prancis mengklaim bahwa penolakan Durov untuk bekerja sama dengan penegak hukum dan kegagalannya untuk memoderasi konten terlarang di Telegram membuatnya menjadi kaki tangan dari kejahatan-kejahatan ini. Sumber yang dekat dengan investigasi mengindikasikan bahwa Durov telah menghindari negara-negara di mana Telegram diawasi, dan lebih memilih untuk bepergian ke daerah-daerah seperti Uni Emirat Arab, negara-negara bekas Uni Soviet, dan Amerika Selatan.

Potensi Dakwaan dan Konsekuensi Hukum untuk Durov

Setelah penangkapannya, Durov ditempatkan dalam tahanan oleh para penyelidik dari Kantor Anti-Penipuan Nasional (ONAF) dan diperkirakan akan hadir di hadapan hakim investigasi. Dia dapat menghadapi berbagai tuduhan, termasuk terorisme, perdagangan narkoba, keterlibatan, penipuan, pencucian uang, dan keterlibatan dalam konten pelecehan anak.

Pihak berwenang Prancis percaya bahwa penahanan pra-persidangan Durov hampir pasti terjadi, mengingat sumber dayanya yang signifikan dan risiko dia melarikan diri. 

“Di platformnya, dia membiarkan pelanggaran dan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya dilakukan dan dia tidak melakukan apa pun untuk meredakan atau bekerja sama," ujar seorang penyidik seperti dikutip cryptoslate.com, Senin (26/8).

Sikap Prancis terhadap Privasi dan Kejahatan Digital

Penangkapan Durov menandakan sikap kuat Prancis terhadap privasi digital dan tindakan kerasnya terhadap platform yang dianggap memfasilitasi aktivitas kriminal. Kasus ini memiliki implikasi internasional, karena menyoroti ketegangan antara kebebasan berbicara dan kebutuhan untuk memerangi aktivitas online ilegal.

Tindakan keras ini kemungkinan besar akan beresonansi secara global, menekan negara-negara lain untuk menegakkan peraturan yang lebih ketat pada aplikasi pesan terenkripsi seperti Telegram. Pertarungan hukum yang sedang berlangsung ini akan diawasi dengan ketat, tidak hanya karena dampaknya terhadap Durov dan Telegram, tetapi juga karena implikasinya yang lebih luas terhadap privasi dan keamanan digital di seluruh dunia.