Bos Bangkok Bank Ungkap Alasan Strategis di Balik Akuisisi Bank Permata

Katadata/Bangkok Bank
Presiden Bangkok Bank, Chartsiri Sophonpanich, saat wawancara dengan beberapa wartawan asal Indonesia di Bangkok, Thailand, Kamis (21/11/2024).
Penulis: Yuliawati
22/11/2024, 07.25 WIB

Bangkok - Beberapa bank asal Thailand mengakuisisi bank lokal di Indonesia. Salah satunya, Bangkok Bank yang mengakuisisi 89,12% saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) dari Standard Chartered Bank dan Astra International pada 2020.

Presiden Bangkok Bank, Chartsiri Sophonpanich, mengatakan membutuhkan proses panjang dalam memutuskan proses akuisisi Bank Permata. Bangkok Bank sendiri ini telah membuka kantor cabang di Indonesia sejak 1968.

Pertama, Bangkok Bank mempelajari kondisi ekonomi makro dan industri perbankan di Indonesia. Indonesia dianggap sebagai negara dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang baik untuk mendukung ekspansi bisnis Bangkok Bank.

"Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar di Asia, dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta orang, mayoritas penduduk usia muda, serta sistem perbankan dan regulator yang baik," kata Chartsiri saat wawancara dengan beberapa wartawan asal Indonesia di Bangkok, Thailand, Kamis (21/11).

Kedua, Bangkok Bank telah lama dalam mengamati perkembangan Bank Permata. Bank Permata memiliki sejarah panjang dalam sejarah perbankan di Indonesia. Bank Permata berdiri sejak 1954 dengan nama Bank Persatuan Dagang Indonesia. Kemudian, bank ini berganti nama menjadi Bank Bali pada 1955.

Usai krisis ekonomi, Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) melebur empat bank ke dalam Bank Bali. Kemudian, Bank Bali berganti menjadi Bank Permata pada 2002.

"Jadi ketika kami memiliki kesempatan untuk mengakuisisi Permata Bank, itu adalah keputusan yang sangat penting bagi Bangkok Bank," kata dia.

Chartsiri merupakan generasi ketiga atau cucu dari konglomerat pendiri Bangkok Bank, Chin Sophonpanich. Dia mengatakan keputusan akuisisi Bank Permata merupakan keputusan sangat besar karena perusahaannya biasa memilih perkembangan yang organik dalam berbisnis, bukan melalui akuisisi.

Sejak akuisisi, kantor cabang Bangkok Bank di Jakarta bergabung ke dalam Bank Permata. Bangkok Bank yang beroperasi sejak 80 tahun di Thailand, memilih menggunakan nama Bank Permata dalam bisnis perbankan di Indonesia.

"Saya pikir dengan jaringan cabang yang kuat dan kemampuan yang dimiliki Permata, membuat kami memberikan layanan lebih baik kepada para pelanggan di Indonesia baik yang sedang berada di dalam negeri atau pun luar negeri," kata dia.

Direktur Utama Bank Permata Meliza Musa Rusli mengatakan sejak Bank Permata menjadi bagian Bangkok Bank, perusahaan memperluas visi tak hanya melayani nasabah di Indonesia. "Sekarang kami dapat melayani nasabah kami yang tumbuh di kawasan regional, dan juga bahkan ke global, dengan dukungan jaringan Bangkok Bank," kata Meliza.

Bank Permata mencatat laba bersih Rp 2,8 triliun per kuartal tiga 2024, tumbuh 30,1% secara tahunan (yoy). Sedangkan penyaluran kredit tumbuh 8,6% menjadi Rp 150,8 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Bank Permata merupakan salah satu dari 10 bank dengan aset terbesar di Indonesia. Pada kuartal-III 2024, total aset Bank Permata tumbuh sebesar 1,1% menjadi Rp 254,6 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Bangkok Bank tak hanya berekspansi di Indonesia tapi juga melebarkan sayap ke banyak negara di Asia. Bangkok Bank berekspansi ke seluruh negara ASEAN, kecuali Brunei Darussalam. Mereka juga hadir di Hong Kong, Taiwan, Cina dan Jepang.

Selain Bangkok Bank, perusahaan keuangan asal Thailand, Kasikorn Vision Financial Company Pte Ltd (KVF) mengakuisisi bank di Indonesia. KVF merupakan pemegang saham mayoritas Bank Maspion dengan kepemilikan sebesar 84,55% sejak 2023.