Penyaluran Kredit Naik 11,9%, BTN Cetak Laba Rp 2,08 Triliun

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/nym.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp 356,1 triliun.
29/11/2024, 08.40 WIB

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp 356,1 triliun. Perolehan tersebut tumbuh 11,9% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, BTN mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,08 triliun hingga akhir kuartal III-2024.

Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menyebutkan bahwa pencapaian tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan untuk KPR Subsidi dan KPR Non-Subsidi. Selain itu, pertumbuhan ini juga melampaui rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan nasional yang tercatat sebesar 10,9% yoy.

“Di tengah tantangan yang terjadi di sepanjang 2024, BTN tetap mampu menjaga pertumbuhan kredit sesuai dengan target yang telah ditetapkan yakni di level 10-11% pada tahun ini,” ujar Nixon dalam keterangan resminya, Kamis (28/11). 

Selain itu Nixon menjelaskan pertumbuhan kredit BTN didorong oleh meningkatnya permintaan KPR, terutama KPR Subsidi, seiring tingginya kebutuhan akan perumahan yang layak dan terjangkau di Indonesia. Saat ini, terdapat 24,6 juta rumah tidak layak huni, dengan backlog kepemilikan rumah nasional mencapai 9,9 juta unit.  

Ia menambahkan bahwa KPR Subsidi masih menjadi kontributor utama dalam portofolio kredit BTN. Hingga September 2024, BTN telah menyalurkan KPR Subsidi senilai Rp 172,7 triliun, naik 9,5% yoy. Menariknya, kata Nixon, 75% debitur KPR Subsidi BTN berasal dari kelompok milenial berusia produktif antara 21 hingga 35 tahun.  

“Hal ini menandakan bahwa generasi muda Indonesia, terutama yang berpenghasilan rendah dan menengah, masih menganggap rumah sebagai salah satu kebutuhan utama dan trennya masih akan meningkat seiring pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.

BTN optimistis terhadap prospek KPR Non Subsidi, terutama di segmen Emerging Affluent dengan ticket size di atas Rp 750 juta yang dilayani melalui sembilan sales center hingga Oktober 2024. Tiga di antaranya berlokasi di kawasan premium Jakarta, yaitu Pantai Indah Kapuk, Pondok Indah, dan Cibubur. 

Menurut Nixon, nasabah sales center memiliki rata-rata saldo tabungan tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan nasabah Non Subsidi lainnya, dengan kontribusi lebih dari 20% terhadap total penyaluran KPR Non Subsidi. BTN pun berencana menambah sales center menjadi 15 kantor hingga akhir 2025.  

Di sisi lain, BTN mencatatkan pertumbuhan signifikan pada segmen kredit bermargin tinggi (high-yield loan), naik 20,1% yoy menjadi Rp 15,9 triliun per September 2024. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar 68,1% yoy, Kredit Ringan (KRING) 18,1% yoy, dan Kredit Agunan Rumah (KAR) 10,9% yoy.  

Nixon juga menegaskan BTN berkomitmen dalam menjaga kualitas kredit melalui penerapan mitigasi risiko yang ketat. Hal ini tercermin dari penurunan rasio NPL gross menjadi 3,2% pada September 2024, dibandingkan 3,5% pada periode yang sama tahun lalu.  

“Tingkat NPL BTN akan terus menurun pada akhir tahun karena kami akan menyelesaikan bulk asset sales pada bulan Desember dengan nilai sekitar Rp 1,1 triliun hingga Rp 1,5 triliun,” ungkapnya.

Meski rata-rata tabungan masyarakat dengan saldo di bawah Rp 100 juta menurun secara nasional, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BTN tetap menunjukkan kinerja positif. Hingga akhir September 2024, total DPK BTN tercatat Rp 370,7 triliun, tumbuh 14,5% yoy dibandingkan Rp 323,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ini melampaui rata-rata industri perbankan nasional sebesar 7,04%.

Menurut Nixon, pertumbuhan DPK tersebut didorong oleh kenaikan giro yang melonjak 25,9% yoy pada kuartal III 2024. Selain itu, dana murah berupa tabungan dan giro (CASA) memberikan kontribusi 51% terhadap total DPK BTN, dengan pertumbuhan 17,9% yoy dibandingkan September 2023.

Dengan pertumbuhan DPK yang sejalan dengan peningkatan kredit, BTN berhasil menjaga rasio loan to deposit ratio (LDR) di level 96% pada kuartal III 2024, membaik dibandingkan 98,3% pada periode yang sama tahun lalu. Nixon menilai, pencapaian ini mencerminkan likuiditas yang sehat di tengah ketatnya persaingan pendanaan di industri perbankan.

Pertumbuhan kredit dan DPK yang solid juga mendorong peningkatan total aset BTN sebesar 11,1% yoy menjadi Rp 455,1 triliun per September 2024, dibandingkan Rp 409,7 triliun pada tahun sebelumnya. 

“Kami optimistis bahwa 2025 akan menjadi tahun yang lebih baik bagi BTN seiring dengan prospek makroekonomi yang akan lebih kondusif serta adanya upaya pemerintah untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan rumah nasional secara lebih masif melalui Program Tiga Juta Rumah,” pungkas Nixon.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila