PT Astra International Tbk membukukan kenaikan laba sepanjang semester I 2020 dibandingkan periode sama tahun lalu, meski kinerja pendapatan perseroan turun signifikan. Laba dapat dicapai berkat penjualan saham PT Bank Permata Tbk.
Mengutip laporan keuangan perseroan, pada semester I 2020 Astra International membukukan laba sebesar Rp 11,37 triliun, naik 16,06% dibandingkan semester I 2019. Padahal, sepanjang enam bulan tahun ini pendapatan perseroan turun 23% menjadi Rp 89,79 triliun.
Astra International bisa mencatatkan peningkatan laba bersih berkat keuntungan penjualan investasi pada Bank Permata. Dari transaksi ini, perseroan berhasil meraup dana sebesar Rp 5,88 triliun. Selain itu, adanya penurunan beban pajak penghasilan juga memberi efek positif bagi kinerja laba.
Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan, kinerja bisnis dan keuangan perseroan terdampak signifikan oleh pandemi virus corona atau Covid-19, terutama pada kuartal II 2020.
"Langkah-langkah penanggulangan pandemi yang diterapkan di sebagian besar wilayah Indonesia telah berdampak kepada operasi Grup Astra secara substansial," kata Djony, dalam siaran pers, Rabu (29/7).
Ia menjelaskan, akibat pandemi perseroan menutup sementara kegiatan manufaktur dan distribusi otomotif. Selain itu, terdapat peningkatan secara signifikan jumlah pinjaman yang direstrukturisasi dalam bisnis jasa keuangan.
Hal ini ditambah dengan penurunan harga batu bara menekan bisnis alat berat, kontraktor penambangan, dan pertambangan.
Mengutip siaran pers perseroan, kinerja seluruh lini bisnis Astra International tercatat turun signifikan sepanjang semester I 2020. Lini otomotif misalnya, mencatatkan laba sebesar Rp 716 miliar, turun 79% dibandingkan semester I 2019, yang sebesar Rp 3,45 triliun.
Penurunan laba dari bisnis otomotif disebabkan karena penjualan kendaraan bermotor Astra International anjlok. Sepanjang semester I 2020, penjualan mobil perseroan turun 45% menjadi 139.550 unit imbas pandemi corona. Pada kuartal II 2020, dengan angka penjualan mobil turun 92% dibandingkan kuartal II 2020.
Begitu pula dengan penjualan sepeda motor, juga mengalami penurunan tajam. Penjualan sepeda motor Astra tercatat turun 40% menjadi 1,5 juta unit pada semester I 2020. Pada kuartal II 2020, penjualannya turun 80% dibandingkan kuartal II 2019.
Selain otomotif, lini bisnis jasa keuangan juga mencatatkan penurunan laba bersih. Sepanjang semester I 2020, bisnis jasa keuangan Astra International tercatat membukukan laba sebesar Rp 2,1 triliun, turun 25% dibandingkan semester I 2019.
Penurunan laba pada lini bisnis ini, disebabkan karena peningkatan provisi untuk menutupi peningkatan kerugian kredit bermasalah pada bisnis pembiayaan konsumen dan alat berat.
Kemudian, lini bisnis alat pertambangan, konsruksi, dan energi tercatat membukukan laba Rp 2,4 triliun, turun 29% dibandingkan semester I 2019. Penurunan laba disebabkan, karena penjualan alat berat dan volume kontrak penambangan yang rendah. Hal ini terjadi karena rendahnya harga batu bara global.
Penurunan kinerja pada semester I 2020 juga dicatatkan divisi teknologi informasi, dengan raihan laba Rp 16 miliar, turun 64% dibandingkan semester I 2019. Penurunan laba disebabkan koleh penurunan pendapatan dari bisnis solusi dokumen dan layanan perkantoran PT Astra Graphia Tbk, yang 76,9% sahamnya dimiliki perseroan.
Sementara, lini agribisnis Astra International tercatat membukukan laba Rp 312 miliar sepanjang semester I 2020. Torehan laba lini agribisnis ini tercatat melonjak 791% dibandingkan raihan semester I 2019, yang sebesar Rp 35 miliar.
"Peningkatan laba dari lini agribisnis dapat dicapai berkat kenaikan harga minyak kelapa sawit global," ujar Djony.
Peningkatan kinerja juga dicatatkan oleh lini properti, di mana sepanjang semester I 2020 mampu membukukan laba sebesar Rp 71 miliar, naik 121,87% dibandingkan semester I 2019, yang sebesar Rp 32 miliar. Peningkatan laba dapat dicapai berkat tingginya tingkat hunian pada Menara Astra, serta pengakuan laba proyek Asya Residences.
Sedangkan, lini bisnis infrastruktur dan logistik Astra International tercatat membukukan rugi bersih sepanjang semester I 2020 sebesar 88 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu lini bisnis ini mampu mencatatkan laba Rp 83 miliar.
Kerugian lini infrastruktur dan logistik, disebabkan oleh penurunan pendapatan jalan tol milik perseroan. Hal ini disebabkan karena penurunan volume kendaraan yang melintas di jalan tol perseroan sebesar 18%.
Selain itu kerugian juga disebabkan penurunan laba PT Serasi Autoraya sebesar 62% menjadi Rp 34 miliar, karena marjin operasi yang rendah. Padahal, sepanjang semester I 2020 jumlah kontrak sewa kendaraan naik 3% menjadi 22.900 unit dan penjualan mobil bekas naik sebesar 3% menjadi 15.300 unit.
"Pandemi corona dan langkah-langkah yang diambil untuk mengendalikan dampaknya, diperkirakan akan terus memengaruhi kinerja hingga akhir tahun," kata Djony.