BUMN Indonesia Bisa Kalahkan Temasek Jika Semuanya Go Public

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nz
Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020). Kementerian BUMN meluncurkan logo baru pada Rabu (1/7) yang menjadi simbolisasi dari visi dan misi kementerian maupun seluruh BUMN dalam menatap era kekinian yang penuh tantangan sekaligus kesempatan. ANATAR FOTO/Aprillio Akbar/nz.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
6/10/2020, 15.18 WIB

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memperkirakan nilai seluruh perusahaan pelat merah jika melantai di pasar saham melalui initial public offering (IPO), bisa mengalahkan BUMN Singapura Temasek dan Malaysia Khazanah. Pendapatan seluruh BUMN sebelum ada pandemi Covid-19, mencapai Rp 2.400 triliun per tahun.

Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin mengatakan dari total pendapatan tersebut, nilai IPO BUMN mencapai US$ 480 miliar atau setara Rp 7.087 triliun. Nilai itu didapat dari pendapatan seluruh BUMN dikalikan dengan rasio harga penjualan saham alias sales to price ratio sebelum pandemi Covid-19 sebanyak 3 hingga 4 kali lipat.

"US$ 480 miliar ini setara atau lebih besar dari Temasek dan pasti lebih besar dari Khazanah," kata Budi dalam sambutan di acara Lemhanas, Selasa (6/10).

 Price to sales ratio merupakan salah satu cara untuk menilai harga wajar saham. Rumusnya membandingkan harga saham saat ini dengan pendapatan atau penjualan. Rasio ini biasanya digunakan sebagai indikator tinggi rendahnya harga saham, bila dibandingkan dengan penjualan per lembar saham.

Budi yang yang pernah menjabat Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, mengatakan nilai pasar BUMN tersebut hampir setara dengan Sovereign Wealth Fund (SWF) yang dikelola oleh Abu Dhabi Investment Authority yang nilainya mencapai US$ 500 miliar. Meski, masih jauh dibandingkan dengan SWF Norwegia yang nilainya mencapai US$ 1,2 triliun.

Memang dari ratusan BUMN yang ada saat ini, sudah ada beberapa BUMN dan anak usahanya yang melantai di pasar saham Indonesia. Namun, Menteri BUMN Erick Thohir yang memiliki latar belakang pengusaha swasta, kerap mendorong BUMN untuk melantai di pasar modal.

 Seperti target Erick ingin meng-go public-kan dua anak usaha atau subholding PT Pertamina (Persero). Erick menyampaikan bahwa IPO dua subholding Pertamina sebagai bagian dari upaya Kementerian BUMN untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas Pertamina. IPO juga bisa membuat pengukuran kinerja atau key performance indicator (KPI) yang lebih jelas.

“Dalam dua tahun ke depan subholding ini kami mau go public supaya terjadi transparansi dan akuntabilitas. Kami akan target 2 tahun kedepan Ibu Nicke harus bisa meng-go public-kan 1 - 2 subholding,” kata Erick melalui video conference, Jumat (12/6).

Perusahaan lain yang sudah berencana untuk melantai di pasar modal adalah anak usaha PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yaitu PT Adhi Commuter Properti. Rencananya, perusahaan IPO pada tahun ini, namun imbas pandemi virus corona membuat manajemen memutuskan menunda rencana melantai di bursa saham.

Direktur Keuangan, Manajemen Risiko, dan SDM Adhi Commuter Mochamad Yusuf menjelaskan, dengan mempertimbangkan kondisi pasar saat ini, maka perseroan memutuskan untuk menunda penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) menjadi tahun depan.

"Proses IPO kami jalankan dengan menyesuaikan kondisi market, dan melihat kondisi saat ini kami tengah menyusun rencana IPO untuk tahun depan," kata Yusuf, kepada Katadata.co.id, Rabu (10/6).