Rugi yang dialami PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) membengkak menjadi Rp 2,34 triliun pada triwulan III 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 1,72 triliun. Padahal, pendapatan perusahaan milik keluarga Riady ini mengalami pertumbuhan secara tahunan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Lippo melalui keterbukaan informasi, Senin (2/11), tercatat pendapatan perusahaan mencapai Rp 8,58 triliun hingga September 2020. Pendapatannya naik tipis 0,25% dibandingkan dengan kuartal III tahun lalu Rp 8,56 triliun.
Kenaikan pendapatan ditopang oleh bisnis pembangunan real estat yang tumbuh hingg 46,14% menjadi Rp 2,36 triliun pada triwulan III 2020. Kenaikan ini berasal dari pendapatan bisnis apartemen yang tumbuh hingga 94,2% menjadi Rp 1,37 triliun. Namun, porsi bisnis ini terhadap total pendapatan tidak terlalu besar.
Penyumbang pendapatan terbesar Lippo Karawaci paling besar adalah bisnis kesehatan. Pendapatan sektor ini mengalami penurunan hingga 4,1% menjadi Rp 5 triliun hingga September 2020. Salah satu anak usaha Lippo di bisnis kesehatan adalah PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).
Dalam laporan keuangannya pada triwulan III 2020, pendapatan Siloam mengalami penurunan dari bisnis rawat inap. Sub jumlah pendapatan dari rawat inap senilai Rp 2,77 triliun, turun 9,89% secara tahunan.
Penurunan pendapatan menjadi salah satu penyebab Siloam mengalami kerugian hingga Rp 43,01 miliar pada triwulan III 2020. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, mampu mengantongi laba senilai Rp 53,81 miliar. Sementara, sub jumlah pendapatan dari rawat jalan naik 4,22% menjadi Rp 2,22 triliun.
CGS-CIMB Securities International dalam risetnya memperkirakan volume pasien pada sisa akhir tahun ini bisa saja pulih karena dibukanya kembali ekonomi dan permintaan yang sebelumnya terpendam akibat pandemi Covid-19. Tren pasien Covid-19 melambat karena kasus harian baru yang dilaporkan telah berangsur-angsur mereda. Namun, pasien non-Covid bisa mendukung pemulihan bisnis rumah sakit.
"Dengan asumsi tren pertumbuhan volume pasien pada triwulan IV 2020 mirip dengan triwulan III 2020, volume pasien triwulan IV 2020 harusnya bisa naik 2% secara year on year," kata tim riset CGS-CIMB Securities International, dikutip Senin (2/11).
Selain mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan, Lippo juga berhasil menurunkan beban pokok pendapatan sebesar 0,25% menjadi Rp 5,25 triliun pada triwulan III 2020. Hal ini membuat laba bruto Lippo sebenarnya mengalami pertumbuhan 1% menjadi Rp 3,22 triliun dalam sembilan bulan tahun ini.
Meski begitu, beban usaha Lippo justru naik 2,42% menjadi Rp 2,96 triliun. Beberapa pos pada beban penjualan yang mengalami peningkatan seperti gaji & kesejahteraan karyawan, iklan & pemasaran, dan listrik & air. Beban lainnya juga naik 15,54% menjadi Rp 1,62 triliun.
Beban-beban inilah yang membuat profitabilitas Lippo tergerus dan membuat perusahaan terus merugi. Meski sudah dikurangi beban-beban tersebut, tercatat rugi usaha Lippo pada triwulan III 2020 masih lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu rugi Rp 622,88 miliar dibandingkan rugi Rp 902,41 miliar.
Komponen yang membuat rugi bersih Lippo membengkak pada triwulan III 2020 adalah beban keuangan dengan nilai bersih Rp 1,17 triliun. Nilai beban keuangan bersih tersebut lebih besar hingga 55,63% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 755,93 miliar saja.
Beban keuangan bersih terdiri dari beban keuangan kotor dan beban bunga seperti obligasi, pinjaman bank, dan sewa pembiayaan. Beban keuangan kotor Lippo senilai Rp 489,23 miliar pada triwulan III 2020 atau meningkat hingga 136,71%.
Sementara, beban bunga obligasi Lippo sebenarnya mengalami penurunan 0,27% menjadi Rp 640,4 miliar. Tapi, beban bunga pinjaman bank mengalami peningkatan hingga 245,25% menjadi Rp 112,9 miliar.
Tercatat, Lippo memiliki utang bank jangka pendek pada triwulan III 2020 senilai Rp 1,54 triliun, naik hingga 135,77% dibandingkan dengan per akhir 2019 lalu. Sementara, utang bank jangka panjang Lippo per September 2020 senilai Rp 580,31 triliun, naik 239,53% dibandingkan 2019 lalu.
Meski rugi perusahaan membengkak, jumlah aset Lippo masih mencatatkan pertumbuhan. Per September 2020, jumlah aset Lippo mencapai Rp 60,08 triliun, tumbuh hingga 9,09% dibandingkan Desember 2019 yang senilai Rp 55,07 triliun.
Sementara, jumlah liabilitas Lippo pada akhir triwulan III 2020 meningkat 39,34% menjadi Rp 28,84 triliun. Kenaikan pesat tercatat pada jumlah liabilitas jangka pendek sebesar 55,56% menjadi Rp 10,7 triliun.