PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) melebarkan sayap bisnisnya dengan masuk ke industri perbankan dengan menjadi salah satu pemilik saham PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU). Secara bertahap, Matahari akan memiliki maksimal sebanyak 728 juta saham atau setara 16,41% saham Bank Nobu.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perusahaan, Jumat (6/11) dijelaskan, harga pelaksanaan pembelian saham Bank Nobu ini senilai Rp 755 per saham. Sehingga, Matahari akan mengeluarkan dana maksimal Rp 549,64 miliar untuk membeli saham Bank Nobu.
Matahari membeli saham tersebut dari PT Inti Anugerah Pratama, dengan pertimbangan harga yang murah. Perusahaan ini menawarkan sahamnya dengan harga yang lebih rendah dari harga rata-rata dari harga tertinggi perdagangan harian di Bursa Efek Indonesia selama 90 hari terakhir, sebagaimana diatur dalam POJK 17.
Matahari merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Lippo Group melalui PT Multipolar Tbk (MLPL) sebesar 19,42%, dimana bergerak di bisnis perdagangan besar untuk kebutuhan sandang ini. Sementara, Bank Nobu juga dimiliki Lippo Group melalui PT Kharisma Buana Nusantara sebesar 22,53%.
Transaksi pembelian saham Bank Nobu ini akan dibagi menjadi tiga tahap. Trahap pertama, Matahari telah melakukan transaksi pembelian saham pada 4 November 2020 senilai Rp 302 miliar. Dengan menggelontorkan dana tersebut, saat ini Matahari telah memiliki sebanyak 400 juta unit saham Bank Nobu.
Perseroan menjelaskan alasan masuk ke bisnis perbankan karena menilai Indonesia siap untuk pertumbuhan penetrasi perbankan selama beberapa dekade mendatang. Sebagian besar konsumen Indonesia masih belum memiliki rekening bank yang utamanya disebabkan oleh tantangan operasional dalam menyediakan layanan perbankan di seluruh wilayah non-metropolitan.
Sementara, Matahari memiliki penetrasi pasar menengah yang besar dan jangkauan yang luas. Sebelum periode pandemi, Matahari memiliki lebih dari 7 juta anggota aktif yang berbelanja setidaknya sekali dalam setiap tahun.
"Dari total transaksi yang terjadi di toko-toko Perseroan di seluruh negeri, lebih dari 55% transaksi dilakukan dengan menggunakan uang tunai," kata manajemen Matahari dalam dokumen rencana transaksi yang dikutip Jumat (6/11).
Menurut manajemen Matahari, terdapat tren berkelanjutan menuju ekosistem konsumen di mana-mana. Konsumen lebih suka memiliki pengalaman berbelanja satu pintu di lingkungan omnichannel. Didorong oleh digital, kebutuhan bank dan pengecer besar saling mendukung.
Konvergensi kebutuhan mengarah pada tren yang lebih besar menuju aliansi dan kemitraan. Ritel fisik perlu lebih digital. Pengecer di seluruh dunia ingin menciptakan lebih banyak alasan bagi pelanggan untuk berkunjung di luar kebijakan pembelian.
Untuk itu, Matahari memandang bahwa pembelian saham Bank Nobu ini dilakukan sebagai landasan hubungan strategis jangka panjang. Pihak manajemen percaya, investasi dan kemitraan dengan Bank Nobu akan membawa peluang potensial untuk mengembangkan bisnisnya di seluruh nusantara.
"Dengan memperoleh beberapa eksklusivitas dan kepastian jangka panjang, serta membantu mendorong pertumbuhan yang signifikan dalam penjualannya di masa depan, sehingga memberikan kontribusi bagi pendapatan," kata manajemen Matahari.
Manfaat yang dapat diperoleh dari pembelian ini antara lain perolehan kemampuan perbankan dan keuangan untuk membangun layanan keuangan Matahari kepada pelanggan. Lalu, kemampuan untuk menawarkan fitur layanan tambahan, termasuk pembentukan ekosistem digital bagi pelanggan dan Matahari dalam mendapatkan pendapatan tambahan.
Manajemen Matahari juga menilai transaksi ini bisa memperkuat jaringan rantai pasokan melalui fasilitas pembiayaan bagi pemasok dan pelanggan. Matahari juga bisa melakukan diversifikasi aliran pendapatan, tidak hanya dari bisnisnya yang dijalankan sekarang.
"Sinergi dari layanan bersama tersebut di atas dan pengurangan beban Matahari atas pengambilan uang tunai Matahari dari gerai-gerainya," kata Manajemen Matahari.
Menurut analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya, transaksi yang dilakukan Matahari ini tidak menguntungkan. Dia mengatakan Matahari saat ini sedang berjuang merestrukturisasi model bisnisnya di tengah persaingan yang ketat dengan perusahaan sejenis dan bisnis online.
"Dengan adanya transaksi ini, arus kas internal dapat terpengaruh secara negatif oleh akuisisi ini. Kami mempertahankan rekomendasi hold pada saham Matahari," kata Christine melalui risetnya yang dikutip Jumat (6/11).
Posisi kas Matahari pada sembilan bulan tahun ini berada di angka Rp 1 triliun, dengan pinjaman jangka pendek yang akan jatuh tempo senilai Rp 1,4 triliun. Sehingga, Christine menilai transaksi ini memberatkan Matahari mengingat situasi yang menantang akibat pandemi Covid-19.