Perusahaan rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) merambah bisnis infrastruktur dengan mendirikan cucu usaha bernama PT Surya Kertaagung Toll (SKT) berkedudukan di Kediri, Jawa Timur. Perusahaan ini bakal menjalankan bisnis pembangunan dan pemeliharaan jalan raya dan jalan tol, termasuk penunjangnya.
Sekretaris Perusahaan Gudang Garam Heru Budiman menjelaskan perseroan menyiapkan modal dasar SKT senilai Rp 1,2 triliun. Sementara modal ditempatkan dan disetor sebesar Rp 300 miliar atau sebanyak 300.000 unit saham. "Sehingga nilai nominalnya Rp 1 juta per saham," katanya dikutip dari keterbukaan informasi, Selasa (10/11).
Saham SKT mayoritas dimiliki oleh oleh anak usaha Gudang Garam yaitu PT Surya Kerta Agung (SKA) sebanyak 299.999 uni saham atau 99,9%. Nilai tersebut setara dengan nominal Rp 299,99 miliar. Sedangkan 1 unit saham dimiliki oleh Heru Budiman sendiri.
Bidang usaha SKT adalah pembangunan, peningkatan, pemeliharaan dan perbaikan jalan jalan raya, jalan tol, jalan layang maupun jembatan. Kegiatan usahanya juga termasuk pembangunan, peningkatan, pemeliharaan penunjang, pelengkap dan perlengkapan jalan lainnya.
Pendirian SKT telah dituangkan ke dalam Akta Pendirian Nomor 09 tanggal 6 November 2020 yang dibuat oleh Notarus Danny Rachman Hakim. Selain itu, SKT telah mendapat pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM berdasarkan SK nomor AHU-0057932.AH.01.01 Tahun 2020, tertanggal 6 November 2020.
Masuknya Gudang Garam ke bisnis bidang konstruksi, sebenarnya tidak terlalu baru. Pada Juli 2019, Gudang Garam mendirikan anak usaha SKA, induk SKT. Perusahaan ini menggarap pembangunan, peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan jalan, baik jalan raya, tol, maupun perlengkapannya.
Modal dasar SKA senilai Rp 200 miliar. Modal ditempatkan dan disetor sebesar Rp 100 miliar atau setara dengan 100 ribu saham dengan nominal Rp 1 juta per saham. Pemegang saham mayoritas SKA, yaitu Gudang Garam dengan kepemilikan 99,9%.
Kemudian Suryaduta Investama yang merupakan induk Gudang Garam dengan persentase 69,29% saham di Gudang Garam, memegang sebanyak 1 saham di SKA. Artinya, Suryaduta Investama hanya menyetor Rp 1 juta untuk penyertaan modal di SKA.
Proyek Bandara Kediri
Gudang Garam berencana membangun Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur. Nilai investasi untuk membangun infrastruktur penerbangan ini diperkirakan mencapai Rp 6-9 triliun. Dana investasi tersebut akan dipenuhi dari kas internal perusahaan.
Proyek pembangunan bandara yang pertama kali dilakukan oleh swasta ini menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Dengan skema itu, Gudang Garam akan mendapatkan masa konsesi atas bandara tersebut. Setelah masa konsesi habis, bandara tersebut akan dikembalikan kepada pemerintah.
Masa konsesi ini berpengaruh pada besaran pengembalian dana investasi pada perusahaan. Sehingga semakin lama masa konsesinya, perusahaan punya kesempatan lebih besar mengembalikan modal investasinya.
Direktur Gudang Garam Istata Taswin Siddharta mengatakan perusahaan masih membahas durasi masa konsesi bandara itu dengan Kementerian Perhubungan. Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pernah mengatakan bahwa Gudang Garam akan mendapatkan masa konsesi sekitar 30 hingga 50 tahun.
Sementara Gudang Garam masih berharap dapat memperoleh konsesi lebih dari 50 tahun. "Kami berharap masa konsesi cukup panjang. Biar bagaimanapun, kami juga harus ada hitunganya," kata Istata, Maret lalu. Pembangunan bandara ini ditargetkan dapat dimulai pada 15 April 2020.
Istata mengatakan perseroan tak mengejar keuntungan dalam proyek tersebut. Konsesi lebih dari 50 tahun dibutuhkan agar perusahaan tak terlalu merugi. Gudang Garam tidak yakin tingkat pengembalian aset alias return on assets (ROA) dari pembangunan Bandara Kediri dapat mencapai di atas 10%.
"Kalau mengharapkan (ROA) di atas 10-15% sudah banyak komersial yang masuk. Karena ini bukan proyek komersial," katanya.