PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berkomitmen untuk gencar menyalurkan kredit kepada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Bank pelat merah tersebut menargetkan, rasio kredit kepada UMKM mencapai 85% dari total pinjaman.
"Kami membuat rencana (rasio kredit UMKM) akan mencapai 85%. Tapi nanti diatur lagi kapan tahunnya akan tercapai," kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (11/11).
Sunarso mengatakan langkah yang ditempuh untuk meningkat rasio tersebut dengan menjamah sektor kredit di bawah UMKM yaitu ultra mikro. Menurutnya, segmen ini merupakan sumber-sumber pertumbuhan kredit baru bagi BRI, dengan harapan nantinya ultra mikro bisa naik kelas menjadi mikro.
"Yang sudah ada di ultra mikro, dinaikelaskan lebih tinggi. Yang belum masuk BRI bahwa bisa masuk ke perbankan dengan cara memperkuat customer based sampai ke level ultra mikro atau yang unbankable," kata Sunarso yang pernah menjabat Dirut PT Pegadaian (Persero).
Segmen unbankable memang belum banyak digarap oleh BRI selama ini. Segmen ini diyakini memiliki pangsa pasar sangat besar, namun hanya sedikit bank yang menggarap. Selama ini segmen tersebut lebih banyak digarap oleh perusahaan pembiayaan non bank, seperti Pegadaian maupun Permodalan Nasional Madani (PNM).
Sunarso mengatakan BRI sedang menyiapkan sebuah aksi korporasi yang berkaitan dengan pengembangan bisnis UMKM, terutama di sektor ultra mikro. Sebelum aksi korporasi ini, BRI terlebih dahulu harus mengaudit laporan keuangannya. Namun, dia belum bisa menjelaskan apa aksi korporasi yang akan dilakukan.
"Audit laporan keuangan September ini hal biasa kita lakukan, tetapi memang betul dalam rangka corporate action. Nanti pada saatnya kami share, ini belum publik," ujar Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo dalam kesempatan yang sama.
Realisasi Kredit UMKM BRI Kuartal III-2020
Adapun hingga triwulan III 2020, porsi penyaluran kredit kepada UMKM oleh BRI mencapai 80,65% dari total kredit senilai Rp 935,35 triliun. Total nilai kredit kepada UMKM tersebut Rp 754,33 triliun atau meningkat hingga 8,28% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Capaian rasio 80% oleh BRI tersebut, sebenarnya jauh lebih cepat dari target Sunarso yang menetapkan pada 2022 mendatang. Tercapainya target tersebut lebih cepat, tak lepas dari situasi pandemi Covid-19 yang sebenarnya memukul seluruh sektor bisnis, termasuk UMKM.
Strategi yang diambil oleh BRI adalah mengikuti arah kebijakan dengan stimulus yang diberikan oleh pemerintah. Stimulus ini bisa meningkatkan permintaan kredit masyarakat kepada industri perbankan. Sedangkan stimulus yang diberikan oleh pemerintah, mayoritas kepada sektor UMKM.
Sehingga, permintaan kredit dari segmen UMKM di BRI pun naik. Hal tersebut juga terlihat pada segmen seperti mikro yang kreditnya secara tahunan mampu tumbuh 8,91%, lalu segmen ritel dan menengah juga tumbuh 9,93%. Sementara, kredit kepada korporasi malah mengalami penurunan hingga 7,33% secara tahunan.
"Ini adalah kesempatan untuk menumbuhkan lebih cepat dibandingkan industrinya, lebih cepat dibanding segmennya, itu menumbuhkan segmen di UMKM. Ini adalah contoh bahwa bisnis follow stimulus, cocok," kata Sunarso.
Kinerja BRI Kurtal III-2020
aba BRI secara konsolidasi tercatat senilai Rp 14,15 triliun sampai triwulan III 2020. Sayangnya, laba bersih tersebut anjlok hingga 43% dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp 24,8 triliun.
Penurunan laba bersih tersebut, karena BRI meningkatkan pencadangan di tengah risiko kualitas kredit yang memburuk. Tercatat kredit seret alias non-performing loan (NPL) BRI berada di level 3,12% per September 2020, memburuk dari periode sama tahun lalu di level 3,10%.
Karenanya, BRI pun melakukan pencadangan provisi senilai Rp 19,39 triliun pada sembilan bulan tahun ini, angka tersebut tercatat naik hingga 24,2% secara tahunan. Hal ini menggerus profitabilitas, meski menjadikan NPL coverage ratio yang mencapai 203,47%.
Sunarso menjelaskan, prioritas yang dipilih oleh BRI di tengah situasi penuh ketidakpastian, adalah menyelamatkan bisnis BRI dengan memperbesar pencadangan. Ia mengatakan, laba BRI untuk tahun ini akan tetap positif tapi pertumbuhannya yang negatif karena konsekuensi sebuah pilihan
"Pilihannya dalam situasi seperti sekarang, kami mengejar laba atau mengejar selamat? Saya memilih selamat dulu," kata Sunarso.