Rencana penggabungan usaha PT Bank BRIsyariah Tbk. (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) hampir final. Gabungan tiga anak usaha BUMN ini akan diberi nama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Prosesnya ditargetkan rampung pada Februari 2021.
Saat ini perubahan ringkasan rancangan penggabungan usaha atau merger yang memuat tambahan penjelasan ihwal struktur, nama, dan logo bank baru telah dilakukan. Kantor pusat bank hasil merger itu berada di Jalan Abdul Muis Nomor 2-4, Jakarta Pusat, yang sebelumnya merupakan kantor pusat BRIS.
Direktur Utama BRISyariah Ngatari menambahkan masih ada sejumlah tahapan yang harus dilalui hingga penggabungan tiga bank ini tuntas. Dia menjamin semua proses merger sampai tuntas nanti akan dilakukan dengan mengedepankan para karyawan, nasabah, dan mitra usaha.
“Perlu dicatat bahwa saat ini merger belum efektif. Kami masih menjalankan sejumlah proses agar dapat memperoleh semua persetujuan dari regulator,” kata Ngatari dalam keterangannya, Jumat (11/12).
Setelah proses merger selesai, Bank Syariah Indonesia akan memiliki 10 susunan kepengurusan. Nama-nama tiap direksi, dewan komisaris dan dewan pengawas syariah (DPS) bank hasil penggabungan akan dibahas dalam RUPSLB BRIS yang diperkirakan akan dilaksanakan pada 15 Desember 2020.
Dirinci lebih jauh, 10 posisi Direksi yang akan mengelola jalannya usaha Bank Hasil Penggabungan terdiri dari Direktur Utama, dua posisi Wakil Direktur Utama, dan masing-masing satu Direktur Wholesale & Transaction Banking, Retail Banking, Sales & Distribution, Information Technology & Operations, Risk Management, Compliance & Human Capital, serta Finance & Strategy.
Hery Gunardi, Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN memastikan segala rencana perubahan dan penyesuaian operasional telah sesuai dengan tujuan. Bank hasil merger memiliki visi menjadi Top 10 bank syariah terbesar di dunia dalam 5 tahun ke depan dan sebagai Top 10 bank terbesar di Indonesia.
“Kehadiran Bank Syariah Indonesia akan menjadi tonggak kebangkitan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia,” ujar Hery yang kini menjadi Dirut Bank Syariah Mandiri, dalam rilisnya, Jumat (11/12)
Sementara Direktur Utama Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan penetapan nama dan struktur kepengurusan baru bagi Bank Hasil Penggabungan sejalan dengan upaya Pemerintah membentuk ekosistem halal serta mendorong perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.
“Salah satu tujuan dari penggabungan ini, yakni menjadikan Bank Syariah Indonesia sebagai jangkar dalam ekosistem industri halal dan mendukung visi untuk memposisikan Indonesia sebagai salah satu pusat ekonomi Syariah dunia,” kata Firman.
Nilai Bank Syariah Indonesia
Bank Syariah Indonesia akan memiliki aset Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Jumlah aset dan modal inti tersebut menempatkan Bank Hasil Penggabungan dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar dalam 5 tahun ke depan.
Selain memiliki aset dan modal inti besar, Bank Hasil Penggabungan juga akan didukung dengan keberadaan lebih dari 1.200 cabang, 1.700 jaringan ATM, serta didukung 20.000 lebih karyawan di seluruh Indonesia, Bank Hasil Penggabungan akan mampu memberikan layanan finansial berbasis syariah, layanan sosial bahkan spiritual bagi lebih banyak nasabah.
Bank Hasil Penggabungan akan tetap berstatus sebagai perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan ticker code BRIS. Struktur pemegang sahamnya dihitung berdasarkan valuasi dari masing-masing bank peserta penggabungan.
Komposisi pemegang saham pada Bank Syariah Indonesia adalah PT Bank Mandiri (Persero). Tbk (BMRI) 51,2%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 25,0%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4%, DPLK BRI - Saham Syariah 2% dan publik 4,4%.