Di Balik Jurang Harga Saham Bank Jago, Harga Wajar, dan Akuisisi Gojek

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
19/12/2020, 06.05 WIB

Gojek melalui PT Dompet Karya Anak Bangsa alias Go-Pay akhirnya resmi menjadi pemilik  22,16% saham PT Bank Jago Tbk (ARTO). Harga transaksi pembeliannya jauh di bawah harga saham bank digital tersebut saat ini di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tapi harga akuisisi oleh Gojek itu dianggap masih kemahalan. Mengapa?

Pada Jumat (18/12), Gojek merampungkan transaksi pembelian 1,95 miliar saham Bank Jago di pasar negosiasi. Jumlah tersebut setara dengan 18,02% dari total saham. Adapun, nilai transaksinya mencapai Rp 2,25 triliun.

Hajatan itu merupakan tahap kedua dari rangkaian masuknya Gojek ke Bank Jago melalui bursa saham. Tahap pertama pada Senin lalu (14/12), Gojek membeli 449,14 juta saham atau setara 4,14% saham emiten berkode ARTO tersebut. Nilai transaksinya sekitar Rp 530 miliar.

Alhasil, melalui dua tahap transaksi tersebut, Gojek menggelontorkan dana sekitar Rp 2,78 triliun untuk mengempit 22,16% saham Bank Arto. Dalam dua tahap transaksi itu, harga pembeliannya sama yaitu Rp 1.150 per saham.

Harga transaksi itu hampir empat kali lipat di bawah harga saham Bank Jago di pasar. Pada penutupan perdagangan Jumat (18/12), harga saham ARTO sebesar Rp 3.900.

Harga kesepakatan lama

Sumber Katadata.co.id mengatakan, harga transaksi tersebut memang tidak mengacu kepada harga saham Bank Jago di pasar saat ini. "Transaksinya mengacu ke kesepakatan beberapa bulan sebelumnya. Baru sekarang saja eksekusinya," katanya.

Jika merunut ke belakang, harga saham Bank Jago sempat berada di kisaran harga Rp 1.100 - 1.200 per saham pada pekan kedua Juni 2020. setelah itu, harga saham Bank Jago terus meroket hingga menembus level Rp 4.000 per saham saat ini.

Adapun, harga saham Bank Jago merangkak naik menembus level Rp 1.000 per saham saat sudah merampungkan penerbitan saham baru (rights issue) untuk penambahan modal pada Maret 2020.

Aksi korporasi itu seiring dnegan berubahnya pengendali dan kom;posisi saham ARTO. Bankir senior Jerry Ng bersama pendiri Northstar Pacific Patrick Walujo menjadi pengendali, dengan rincian Jerry melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia memegang 37,65% dan Patrick melalui Wealth Track Technology Limited punya 13,35%.

Selain itu, masuk juga lima pihak pemegang saham Bank Jago yang merupakan perusahaan cangkang berkantor di luar negeri. Pertama, Jetway Wealth Management Limited di Sertus Chamber Gorvernors Square Suites #5-204 Kepualauan Caymand, sebanyak 7,59% saham.

Kedua, Lion Glory Pte Ltd di Singapura sebesar 6,48%. Ketiga, Qilora Investments (Cayman) Ltd yang menguasai 5,11%. Keempat, Akta Asset Limited di Kepulauan Caymand sebanyak 5,06%. Kelima, Ephesus United Corp di Kepulauan Virgin sebesar 5% saham.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, tidak muncul lagi nama kelima perusahaan cangkang tersebut dalam daftar pemegang saham Bank Jago di atas 5%.

Harga transaksi dan harga pasar

Di sisi lain, meski harga pembelian saham oleh Gojek jauh lebih rendah dari pasar reguler saat ini, tetap saja valuasi harganya dilihat terlalu tinggi.

"Mestinya jadi sentimen positif (masuknya Gojek), tapi valuasinya kan sudah gila-gilaan," kata Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma kepada Katadata.co.id, Jumat (18/12).

Karena itu, tak heran meski sempat naik hingga Rp 4.550 per saham, harga saham Bank Jago pada perdagangan Jumat kemarin ditutup di level Rp 3.900 per saham alias hanya naik 1,6%.

Jika melihat dari nilai buku per saham (book value per share/BVPS), menurut Suria, harga saham Bank Jago hanya sekitar Rp 112 per saham.

Selain itu, kapitalisasi pasar Bank Jago saat ini sebesar Rp 42,34 triliun. Nilai kapitalisasi pasar bank umum kelompok usaha (BUKU) 2 ini jauh lebih besar dibandingkan bank-bank lain sejenis maupun bank yang modalnya lebih besar.

Di sisi lain, para pelaku pasar memang melihat prospek Bank Jago dari figur Jerry Ng dan Patrick Walujo. Apalagi, dengan Go-Pay menjadi investor strategis baru maka timbul harapan terhadap prospek dan operasional Bank Jago ke depan.

Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai Bank Jago memiliki peluang untuk membaik, tapi secara jangka panjang. Pasalnya, saat ini kinerjanya belum mampu mencatatkan laba bersih, meski kerugiannya sudah mengecil.

Tapi, pembelian Go-Pay terhadap Bank Jago di harga pelaksanaan Rp 1.150 per saham, bisa menjadi sentimen negatif karena berada di bawah harga pasar. "Khawatirnya, jika terjadi penjualan di pasar membuat tekanan jual untuk saham Bank Jago dan harganya bisa turun," kata Sukarno kepada Katadata.co.id.

Dia pun merekomendasikan kepada investor untuk wait and see terhadap saham berkode emiten ARTO ini. "Hati-hati saja karena kenaikan harga sebelumnya sudah sangat signifikan," katanya.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, harga pelaksanaan pembelian saham Bank Jago oleh Go-Pay, tidak menjadi acuan untuk harga di pasar reguler. 

"Pelaku pasar akan tetap mengikuti tren harga. Selama masih naik dan mereka masih tertarik, maka harga saham Bank Jago masih akan menguat," kata William kepada Katadata.co.id.

Meski begitu, William tidak merekomendasikan beli pada saham Bank Jago saat ini karena risikonya terlalu tinggi.

Bagi investor yang sudah memiliki saham Bank Jago, direkomendasikan untuk menahannya dengan target harga Rp 4.500 hingga Rp 5.000 per saham.

Dalam surat keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur Utama Go-Pay Andre Soelistyo mengatakan saat ini pihaknya memiliki total 22,16% saham Bank Jago. Sebelum transaksi jumbo dilakukan pada hari ini, Go-Pay telah memiliki 4,14% saham Bank Jago.

Terlaksananya transaksi ini tidak mengubah pengendalian saham di Bank Jago. PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology (WTT) tetap sebagai pemegang saham pengendali dengan total kepemilikan saham 51%.

“Investasi di Bank Jago merupakan bagian dari strategi bisnis jangka panjang yang akan memperkuat pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis Gojek ke depannya," kata Andre. Langkah ini sejalan dengan rencana Gojek membesarkan GoPay dan memimpin layanan keuangan digital di Indonesia.