PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) menandatangi perjanjian jual beli aset bersyarat dengan PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST). Perjanjian ini terkait pembelian 3.000 menara telekomunikasi dengan nilai keseluruhan mencapai Rp 3,97 triliun (setara US$ 280 juta).
TBIG menandatangani perjanjian tersebut pada Selasa (22/12) melalui anak usahanya, PT Tower Bersama. Penyelesaian transaksi ini masih membutuhkan berbagai persetujuan, termasuk dari pemegang saham dan pemberi pinjaman dari kedua perusahaan.
CEO TBIG Hardi Wijaya Liong mengatakan transaksi ini diharapkan akan selesai menjelang akhir triwulan pertama 2021. Akuisisi menara ini melengkapi strategi utama perusahaan yang berfokus pada pertumbuhan organik.
"Dalam basis proforma, transaksi ini akan meningkatkan EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan penyusutan) kami sekitar 10% dan memiliki dampak penambahan langsung," kata Hardi melalui siaran pers, Selasa (22/12).
Hingga September 2020, TBIG memiliki 31.703 penyewaan dan 16.215 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik perusahaan terdiri dari 16.093 menara telekomunikasi dan 122 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan menara telekomunikasi sebanyak 31.581, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) TBIG menjadi 1,96.
Sementara, Direktur Utama Inti Bangun Sejahtera mengatakan rencana transaksi ini pada prinsipnya dilakukan dalam rangka memperkuat posisi keuangan IBST. "Untuk mengembangkan usaha strategi perusahaan di masa akan datang," katanya melalui keterbukaan informasi.
Selain memiliki menara, IBST saat ini mengoperasikan jaringan fiber optic sepanjang 12.063 KM di seluruh Indonesia. Perusahaan menargetkan mampu mengoperasikan hingga 18.250 KM fiber optic pada 2021 mendatang.
Kinerja TBIG dan IBST
Hingga kuartal III-2020 TBIG berhasil mengantongi pendapatan senilai Rp 3,93 triliun. Catatan tersebut mengalami pertumbuhan hingga 13,49% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp 3,46 triliun.
Pendapatan perusahaan berasal dari sewa menara telekomunikasi dan properti investasi. Penyewa yang menyumbang pendapatan paling besar adalah PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dengan nilai Rp 1,54 triliun.
Kenaikan pendapatan ini membuat TBIG berhasil membukukan laba bersih Rp 747,46 miliar. Pada kuartal III tahun lalu, TBIG mengantongi laba senilai Rp 611,96 miliar yang artinya laba bersihnya mengalami pertumbuhan 22,14%.
Tidak berbeda, IBST juga mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 12,41%. Pada triwulan III 2020, pendapatan perusahaan mencapai Rp 834,25 miliar, sedangkan periode sama tahun lalu senilai Rp 742,14 miliar.
Pendapatan IBST paling banyak disumbang dari bisnis sewa menara telekomunikasi senilai Rp 601,04 miliar. Nilai tersebut tumbuh meski hanya 0,38% secara tahunan. Namun, tahun ini perusahaan mengantongi pendapatan bunga atas investasi neto dalam sewa senilai Rp 85,63 miliar, yang pada periode sama tahun lalu tidak ada.
Karena kenaikan pendapatan tersebut, IBST mampu mengantongi laba bersih senilai Rp 86,26 miliar dalam sembilan bulan tahun ini. Nilai tersebut mampu tumbuh hingga 19,51% secara tahunan, dimana per September 2019 laba bersihnya Rp 72,18 miliar.