Bank Harda Melengkapi Portofolio Bank milik Chairul Tanjung

ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Direktur Utama PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayõb.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
17/2/2021, 19.18 WIB

Langkah perusahaan milik pebisnis Chairul Tanjung, PT Mega Corpora, membeli 3,08 miliar saham (73,71%) Bank Harda Internasional bisa melengkapi portofolio segmen perbankan yang sudah dimiliki sebelumnya. Bank Harda bakal disulap menjadi bank khusus digital, yang belum dimiliki Chairul Tanjung.

Kostaman Thayib, Direktur Utama PT Bank Mega Tbk yang merupakan salah satu bank milik Mega Corpora mengatakan, dengan kehadiran Bank Harda sebagai bank digital, membuat Mega Corpora bisa melayani seluruh segmen pelanggan yang berbeda.

"Aksi korporasi yang dilakukan Mega Corpora menurut saya bertujuan untuk melengkapi ekosistem perbankan yang sudah dimiliki oleh Mega Corpora," kata Kostaman dalam paparan secara virtual, Rabu (17/2).

Selain Bank Mega yang merupakan bank konvensional, Chairul Tanjung juga memiliki PT Bank Mega Syariah yang bergerak di industri perbankan berdasarkan hukum Islam. Selain itu, melalui Mega Corpora, pebisnis tersebut juga memiliki Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.

Berbagai segmen bisnis bank tersebut, sejalan dengan banyaknya segmen di masyarakat. Dengan adanya bank digital, maka jenis-jenis perbankan milik Chairul tanjung bisa semakin lengkap. "Mega Corpora bisa melayani seluruh segmen customer yang berbeda tersebut," kata Kostaman.

Menurutnya, langkah digitalisasi perbankan bisa dilalui melalui dua pendekatan. Pertama, mengembangkan unit bank digital di dalam bank yang sudah ada. Kedua, dengan mengembangkan bank digital baru yang berdiri sendiri.

Bank Mega sendiri sebenarnya sudah melakukan transformasi digital secara internal. Namun, kehadiran Bank Harda yang bakal dijadikan bank digital, makin mempertajam bisnis digital Mega Corpora.

Kostaman memastikan, dengan portofolio bank yang semakin lengkap tersebut, masing-masing bank akan saling bekerja sama untuk meningkatkan bisnis. Bank-bank tersebut bisa saling berbagi sumber daya sehingga bisa menekan biaya operasional dan memperkuat manajemen risiko antar bank lebih baik.

Ia mengatakan, bank dalam Mega Corpora ini, tentu akan bergabung dengan ekosistem yang lebih besar lagi yaitu ekosistem CT Corp, induk Mega Corpora. "Sehingga, bank-bank ini bisa mendapatkan peluang yang lebih baik, keuntungan yang lebih banyak, untuk menciptakan keunggulan kompetitif pada bank-bank ini," kata Kostaman.

CT Corp sendiri membawahi banyak bidang bisnis. Selain industri jasa keuangan seperti perbankan, asuransi, maupun capital market, CT Corp memiliki bisnis media seperti Trans TV, Trans 7, Detik, dan CNN. Selain itu, memiliki bisnis retail seperti Transmart Carrefour dan Metro Department Store.

Bisnis CT Corp juga menjamah industri makanan dan minuman dengan miliki Coffee Bean & Tea Leaf, Baskin Robbins, dan Wendy's. Termasuk ke industri pariwisata dengan memiliki saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).

Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh manajemen Bank Harda, Senin (2/11), tujuan akuisisi ini untuk mendukung kebijakan perbankan Indonesia dan mengembangkan Bank Harda menjadi bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik dari segi operasional maupun permodalan.

Bisnis Mega Corpora
 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang mendorong industri perbankan untuk berkonsolidasi, salah satunya dengan menaikkan persyaratan modal inti minimum perbankan dari Rp 100 miliar menjadi Rp 3 triliun secara bertahap hingga 2023 mendatang. Tahun ini, modal inti minimal Rp 1 triliun.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan konsolidasi perbankan ini merupakan upaya agar perbankan lebih kompetitif. Konsolidasi bisa menawarkan produk yang bervariasi dan murah tapi memiliki kualitas yang bagus. Sehingga, bank memberikan pelayanan yang nyaman kepada nasabah dengan harga murah.

"Itu semua produknya harus didukung dengan teknologi, tanpa itu akan sulit bersaing. Sehingga, untuk bisa bersaing ini tidak mungkin skalanya kecil. kalau skala kecil pasti tidak kompetitif," kata Wimboh dalam konferensi pers secara virtual, Senin (2/11).