PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih 7,76% menjadi Rp 18,8 triliun sepanjang 2020. Astra Agro mampu mengantongi laba bersih Rp 833,09 miliar pada 2020 atau tumbuh hingga 294% dari setahun sebelumnya Rp 211,11 miliar.
Dalam laporan keuangan yang diterbitkan anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) yang bergerak di bidang perkebunan ini, pendapatan bersih tersebut disumbang oleh bisnis kelapa sawit. Bisnis minyak sawit mentah dan turunannya, maupun inti sawit dan turunannya.
Astra Agro membukukan pendapatan bersih dari bisnis minyak sawit mentah senilai Rp 17,37 triliun, naik 9,02% dari setahun sebelumnya. Sementara, bisnis inti sawit dan turunannya mengalami penurunan 3,11% menjadi Rp 1,3 triliun.
Perusahaan juga berhasil melakukan efisiensi dan menekan biaya produksi. Dengan pendapatan yang naik hingga 7,76%, beban pokok penjualan hanya naik 3,5% menjadi Rp 15,84 triliun. Alhasil, laba kotor Astra Agro pada 2020 tercatat senilai Rp 2,96 triliun atau mengalami kenaikan mencapai 38,15% dari setahun sebelumnya.
Astra Agro mencatatkan keuntungan dari selisih kurs dengan nilai bersih Rp 33,04 miliar pada 2020. Padahal, setahun sebelumnya, Astra Agro mengalami kerugian atas selisih kurs hingga Rp 34,65 miliar. Selain itu, terdapat penghasilan bunga yang senilai Rp 51 miliar atau naik 68,8% dari setahun sebelumnya.
Di luar itu, Astra Agro juga mampu melakukan efisiensi beban umum dan administrasi menjadi hanya Rp 704 miliar atau turun 2,68%. Beban penjualan yang ditanggung Astra Agro juga hanya senilai Rp 416,72 miliar tahun lalu, mengalami penurunan 9,57%.
Dengan beberapa pos beban dan pendapatan lainnya tersebut, laba sebelum pajak penghasilan Astra Agro senilai Rp 1,46 triliun atau mengalami kenaikan hingga 121,32% dari setahun sebelumnya. Sementara, beban pajak penghasilan Astra Agro senilai Rp 568,85 miliar atau naik 36,34% dari 2019.
Alhasil, laba tahun berjalan yang mampu diraup Astra Agro mencapai Rp 893,77 miliar pada 2020. Setahun sebelumnya, laba tahun berjalan perusahaan senilai Rp 243,62 miliar saja, artinya ada kenaikan 266% pada tahun lalu.
Adapun total aset Astra Agro per akhir 2020 tercatat senilai Rp 27,78 triliun atau mengalami kenaikan 2,99% dari posisi akhir 2019. Total aset itu disokong dari aset lancar senilai Rp 5,93 triliun dan aset tidak lancar yang mencapai Rp 21,84 triliun.
Total liabilitas perusahaan tercatat senilai Rp 8,53 triliun per akhir 2020 atau mengalami kenaikan 6,73%. Liabilitas ini disumbang oleh liabilitas jangka pendek yang senilai Rp 1,79 triliun dan liabilitas jangka panjang yang senilai Rp 6,74 triliun.
Sepanjang 2020, harga saham Astra Agro mengalami penurunan hingga 15,44% menjadi Rp 12.325 per saham pada penutupan perdagangan 30 Desember 2020. Harga paling tinggi sepanjang tahun lalu terjadi pada 3 Januari 2020 di harga Rp 14.100 per saham. Sementara harga terendah pada 24 Maret 2020 senilai Rp 4.290 per saham.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan menyampaikan harga minyak sawit mentah pada beberapa waktu ke depan bakal naik seiring dengan adanya La Nina tahun ini. "Kami yakin akan ada gangguan supply untuk produksi CPO global," kata Andy dalam risetnya Selasa (23/2).
Ekspor CPO Malaysia 1-20 Februari 2021 meningkat sebesar 10,3% secara bulanan menjadi 697.794 ton. Menurutnya, ini akan menjadi upside risk harga CPO global untuk minggu ini. Secara keseluruhan, harga CPO global akan diperdagangkan lebih tinggi, mengingat beberapa katalis positif datang minggu ini.