Modal PT Bank Jago Tbk (ARTO) akan semakin meningkat setelah melakukan penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue) sebanyak 3 miliar saham. Jika sudah terealisasi, modal bank menjadi Rp 8,25 triliun atau masuk ke golongan Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Indra Gupta Siregar mengatakan bank dengan permodalan yang besar merupakan bank yang baik. Untuk itu, Bank Jago siap menjalankan rencana bisnis jangka panjangnya untuk individu maupun untuk korporasi.
"Bank Jago sangat percaya, masa depan dari industri perbankan akan berubah secara total karena faktor eksternal yaitu digital," kata Kharim dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (26/2).
Permodalan Bank Jago tumbuh signifikan dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Awal 2020, Bank Jago masih berada pada kategori bank dengan modal inti paling kecil. Saat itu modal inti Bank Jago masih di bawah Rp 100 miliar, masuk dalam kategori bank BUKU I.
Pada April 2020, Bank Jago menerbitkan saham melalui aksi Rights Issue I. Aksi korporasi ini membuat modal inti Bank Jago bertambah menjadi Rp 1,3 triliun. Bank ini pun naik kelas menjadi bank dengan kategori BUKU II. Syarat menjadi bank BUKU II adalah memiliki modal inti Rp 1 triliun - Rp 5 triliun.
Tahun ini, Bank Jago akan kembali melakukan rights issue dengan menerbitkan 3 miliar saham baru. Dengan aksi ini Bank Jago menargetkan dapat meraup dana hingga Rp 7 triliun.
Setelah Rights Issue II, modal inti Bank Jago akan kembali naik hingga Rp 8 triliun. Dengan besaran modal tersebut, Bank Jago akan naik kelas lagi menjadi bank BUKU III. Syarat menjadi bank BUKU II adalah memiliki modal inti Rp 5 triliun - Rp 30 triliun.
Strategi Bank Jago Setelah Naik Kelas
Kharim menjelaskan strategi Bank Jago setelah naik kelas menjadi bank BUKU III adalah menjadi bank digital. Bank Jago mengungkapkan tahun ini merupakan tahun ekspansi bagi perusahaannya. Dengan mnerbitkan dan menjual saham baru, Bank Jago akan mampu mengembangkan bisnis perusahaan lebih cepat.
Strategi jangka panjang Bank Jago untuk melayani masyarakat yang akan berinteraksi melalui aplikasi secara digital. Sehingga bank harus hadir secara digital untuk melayani masyarakat sebagai layanan konsumer dengan mengeluarkan aplikasi pada tahun ini.
Bank Jago bakal masuk ke ekosistem digital melalui aplikasi yang melayani solusi keuangan dan gaya hidup (lifestyle). Dalam strategi solusi keuangan, Bank Jago sudah menggandeng Gojek, Akulaku, Kredit Pintar, dan Akseleron. Sementara, untuk gaya hidup, Bank Jago bakal masuk ke ekosistem travel sites, e-commerce retails, dan entertainment.
"Ekosistemnya kurang lebih adalah ekosistem gabungan dari target market Bank Jago yaitu SME, consumer, dan mass market. Ekosistem kerja sama dengan digital secara teknologi," kata Kharim.
Bekerja sama dengan berbagai ekosistem bank digital ini merupakan cara Bank Jago untuk mendekati nasabah. Pasalnya, masyarakat ke depan berinteraksi menggunakan aplikasi, tidak banyak yang mau mendatangi bank itu sendiri.
Selain itu, tahun ini Bank Jago berencana meluncurkan aplikasi untuk bisnis. Aplikasi ini mampu melengkapi target nasabah Bank Jago yaitu nasabah korporasi. Dalam bisnis korporasi, Bank Jago melayani kebutuhan kredit atau pembiayaan.
"Sehingga kami bisa melayani baik individu, maupun bisnis atau perusahaan," kata Kharim.
Rights Issue Bank Jago
Bank Jago bakal kembali kedatangan investor baru. GIC Private Limited asal Singapura akan menyuntikkan investasi hingga US$ 225 juta atau setara Rp 3,15 triliun melalui pembelian saham baru (rights issue) bank tersebut. Selain mempertebal modal Bank Jago, aksi korporasi itu mencerminkan bank digital telah jadi primadona baru para investor.
Bank milik bankir Jerry Ng dan Patrick Walujo itu sudah mengantongi pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk penambahan modal melalui penerbitan saham baru. Jumlahnya mencapai 3 miliar saham baru atau sekitar 27,6% dari total saham Bank Jago yang sebanyak 10,86 miliar saham.
Mengacu prospektus terbaru rights issue, harga pelaksanaan saham baru Bank Jago sudah dipatok Rp 2.350 per saham. Alhasil, melalui hajatan ini, Bank Jago berpotensi meraup dana Rp 7,05 triliun. Rencananya rights issue ini dilakukan pada 8 Maret 2021.
Penggunaan dana paling besar dari hasil penerbitan saham baru ini adalah untuk ekspansi usaha, alokasinya mencapai 97% atau sekitar Rp 6,8 triliun. Ekspansi usaha ini didukung bisnis partnership lending melalui unit Business Finance Solution dan unit SME Banking dari sisi kredit.
Ekspansi juga dilakukan sejalan dengan rencana transformasi menjadi bank digital. Bank Jago menyatakan akan segera meluncurkan layanan perbankan digital yang di diberi nama Life Finance Solution.
Transformasi ke bank digital akan membutuhkan dana yang besar, untuk pengembangan layanan perbankan. Apalagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana mengatur batasan modal bank digital.
Dalam draft aturan tersebut, OJK membatasi modal minimal bank yang bertransformasi ke bank digital Rp 3 triliun. Sementara, hingga September tahun lalu, modal inti Bank Jago baru mencapai Rp 1,18 triliun.
Selain transformasi ke bank digital, Bank Jago juga bakal mengembangkan bisnis keuangan syariah melalui Unit Usaha Syariah (UUS). “Saat ini proses pembentukan unit bisnis tersebut masih dalam proses persetujuan regulator,” kata Direktur Kepatuhan Bank Jago Tjit Siat Fun, dalam keterangannya kepada Bursa Efek Indonesia, Jumat (26/2).