Digitalisasi Bank Harda: Garap CT Corp hingga Rencana Rights Issue

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Ilustrasi layanan perbankan.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
4/3/2021, 16.41 WIB

PT Bank Harda Tbk (BBHI) bersiap bertransformasi menjadi bank digital setelah proses akuisisi oleh PT Mega Corpora, milik pengusaha Chairul Tanjung. Segmen apa yang bakal disasar oleh Bank Harda setelah menjadi bank digital di bawah payung CT Corp?

Direktur Utama Bank Harda Yohanes Sutanto mengatakan untuk fokus bisnis dalam tahap pertama setelah diakuisisi Mega Corpora, Bank Harda akan menggarap komunitas dari CT Corp. Komunitas ini bisa menjadi keunggulan Bank Harda dibanding bank digital lainnya.

"Keunggulan kami, memiliki komunitas yang sangat besar. CT Corp memiliki anak usaha yang banyak sekali. Kami akan menggarap semua komunitas itu," kata Yohanes dalam paparan publik insidentil, Kamis (4/3).

CT Corp memiliki banyak segmen bisnis, mulai dari yang terkait dengan bisnis keuangan, media, retail, makanan dan minuman, pariwisata, perhotelan, dan perkebunan. Segmen tersebut sangat potensial untuk digarap Bank Harda. "Dalam tahap pertama, kami akan menggarap komunitas dari CT Corp yang sudah ada," kata Yohanes.

Bank Harda juga akan meluncurkan platform digital dengan target nasabah muda untuk bertransaksi secara digital, termasuk penyaluran kredit. Platform digital tersebut menyediakan semua kebutuhan nasabah karena konsepnya one stop shopping, transaction, dan service.

"Sangat memudahkan. Tidak perlu tatap muka atau datang ke bank seperti bank konvensional sebelumnya. Kami harap anak muda yang menjadi segmen untuk tempat kami," kata Yohanes.

Yohanes belum bisa mengungkapkan detail anggaran belanja modal (capital expenditure) pengembangan informasi teknologi Bank Harda tahun ini. Dana capex tersebut salah satunya berasal dari penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Namun, Yohanes belum mau mengungkapkan jumlah saham baru yang akan diterbitkan dan target dana yang ingin dicapai dalam aksi korporasi tersebut. "Saya rasa nanti dalam pelaksanaan HMETD akan dialokasikan, akan kami publish alokasi anggaran ini," katanya.

Saat ini Bank Harda memang masih fokus pada bisnis bank konvensional. Secara bertahap, Bank Harda akan melakukan migrasi data konvensional tersebut kepada bank milik Mega Corpora yaitu PT Bank Mega Tbk. Sehingga, Bank Harda akan menjadi bank dengan platform digital secara penuh.

"Sehingga menjadikan perseroan sebagai bank yang lebih kuat dan mempunyai daya saing berskala nasional," kata Yohanes.

Transformasi menjadi bank digital ini disambut baik oleh investor pasar saham. Saham Bank Harda dalam beberapa waktu terakhir mengalami kenaikan signifikan. Sejak rencana akuisisi oleh Mega Corpora pertama kali diumumkan pada 2 November 2020, saham Bank Harda sudah naik hingga 1.360% menjadi Rp 2.410 per saham.

Kenaikan harga saham tersebut, juga terjadi pada saham bank-bank kecil lainnya yang kabarnya bakal bertransformasi menjadi bank digital. Namun, kenaikan harga saham secara signifikan tersebut bisa berbalik arah sehingga investor patut waspada.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM mengatakan saham bank digital ini bisa naik salah satunya karena pernyataan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal modal minimal bank digital. Untuk bank konvensional yang ingin bertransformasi menjadi bank digital, minimal modalnya Rp 3 triliun.

"Karena OJK concern terhadap risiko bank-bank digital. Maka modal inti bank-bank digital disyaratkan menjadi Rp 3 triliun," kata Roger dalam market outlook yang digelar secara virtual, Kamis (4/3).

Karena ada syarat modal minimal tersebut, banyak rumor beredar soal ketertarikan investor untuk menyuntikan dana ke bank-bank tersebut, salah satu yang serius adalah Mega Corpora milik Chairul Tanjung tersebut ke Bank Harda. Hal ini menjadi sentimen positif bagi bank-bank kecil.

Roger menilai kenaikan saham bank kecil ini sudah terlalu signifikan. Semua bank kecil mulai bergerak terkait dengan bank digital. Untuk itu, ia melihat investor sebaiknya menyikapi kenaikan saham-saham yang sudah terlalu tinggi dengan hati-hati.

Untuk jangka pendek, bisa dimanfaatkan investor untuk melakukan trading atau di-hold untuk beberapa waktu sampai berita-berita yang masih terkait rumor, bisa menjadi clear dan jelas. "Jadi kami menyarankan untuk berhati-hati terjadi pembalikan arah untuk saham-saham bank digital ini," kata Roger.