Akuisisi Bank Artos yang Kecil, Jerry Ng Ibaratkan Membangun Rumah

Katadata
Jerry Ng, bankir senior pemilik Bank Jago.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
24/3/2021, 07.15 WIB

Bankir senior Jerry Ng akhirnya mengungkapkan alasan di balik aksinya mengakuisisi Bank Artos (yang kini bernama Bank Jago) pada 2019. Bank Artos yang akan dijadikan bank digital itu, diakuisisi karena tidak memiliki teknologi.

"Lebih gampang membangun rumah baru dari pada merenovasi," kata Jerry dalam acara Indonesia Data and Economic Conference 2021 yang bekerja sama dengan East Ventures, Selasa (23/3).

Menurutnya melakukan perubahan, menambah, atau membangun teknologi di atas teknologi yang sudah ada sebelumnya, jauh lebih susah dibandingkan dengan membangun dari nol. "Jadi sebetulnya pemilihan dari pada Bank Artos, merupakan suatu keputusan yang strategis," katanya.

Alasan lain yang diungkap oleh Jerry Ng, karena bank kecil ini hanya memiliki tujuh kantor cabang di seluruh Indonesia. Jerry memang ingin memiliki bank tanpa kantor cabang sebagai bagian dari transformasi digital. Bahkan, saat ini jumlah kantor cabang Bank Jago hanya tinggal tiga kantor.

Minimnya kebutuhan kantor cabang tambah dirasakan selama pandemi Covid-19 melanda Indonesia sejak Maret 2020 lalu. Banyak nasabah yang bisa melakukan semua transaksi melalui internet dan aplikasi, tanpa harus datang ke kantor.

Ekosistem Digital Bank Jago (Bank Jago)

Bank Artos saat itu juga tidak memiliki karyawan yang banyak. Jerry tidak ingin melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) setelah akuisisi tersebut rampung. Selain itu, Bank Artos tidak memiliki masalah dengan kredit macet alias NPL karena balance sheet sangat kecil.

"Jadi sebetulnya, dulu kenapa Artos kami pilih, karena memenuhi syarat tersebut," kata Jerry.

Jerry Ng menyelesaikan akuisisi terhadap Bank Artos pada 26 Desember 2019 melalui anak usahanya PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia. Jerry menggelontorkan dana Rp 179,39 miliar untuk mengakuisisi 37,65% saham Bank Artos.

Tak Hanya Jerry Ng yang Mengincar Bank Artos

Pada saat bersamaan, pebisnis Patrick Sugito Walujo juga mengakuisisi saham Bank Artos melalui Wealth Track Technology Limited. Kocek yang harus dikeluarkan Patrick mencapai Rp 63,6 miliar untuk akuisisi 13,35% saham Bank Artos.

Usai kedatangan dua investor baru, Bank Artos melakukan penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue. Total raupan dana rights issue ini mencapai Rp 1,34 triliun pada April 2020.

Lalu pada Juni 2020, Bank Artos pun resmi berubah nama menjadi Bank Jago. Perubahan nama itu terjadi sebelumnya akhir Bank Jago kedatangan investor baru pada Desember 2020, yaitu PT Dompet Karya Anak Bangsa (Gopay) yang merupakan anak usaha PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek).

 

Komposisi pemegang saham per 26 Februari 2021 adalah Metamorfosis Ekosistem Indonesia sebesar 37,65%, Gopay sebanyak 22,16%, Wealth Track Technology Limited 13,35%, dan masyarakat memegang 26,84%.

Bank Jago juga bersiap menerima kedatangan investor baru dengan rencana penerbitan 3 miliar saham baru (rights issue). Dengan aksi korporasi ini, perseroan menargetkan dapat meraup dana hingga Rp 7 triliun.

Bank Jago kembali kedatangan investor baru. GIC Private Limited asal Singapura akan menyuntikkan investasi hingga US$ 225 juta atau setara Rp 3,15 triliun melalui pembelian saham baru (rights issue) bank tersebut.