Penutupan Giant Tak Untungkan Hypermart, Minimarket Masih Unggul

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa.
Warga membeli kebutuhan pokok di gerai swalayan Giant di Bandung, Jawa Barat, Kamis (27/5/2021).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
3/6/2021, 16.51 WIB

Keputusan PT Hero Supermarket Tbk menutup gerai retail Giant dianggap tidak akan menguntungkan pengelola gerai raksasa lain. Pasalnya, mereka masih akan menghadapi persaingan ketat dengan pengelola gerai retail kecil.

Baru-baru ini, emiten berkode saham HERO mengumumkan rencana penutupan seluruh gerai Giant pada akhir Juli 2021. Perusahaan akan mengubah lima gerai Giant Extra menjadi gerai perabot rumah tangga IKEA, beberapa lain menjadi supermarket Hero, sementara sisanya ditutup.

Analis Fitch Ratings Ilham Kurniawan menilai, perusahaan seperti PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) yang mengelola Hypermart, PT Trans Retail Indonesia yang mengelola Trans Mart, dan gerai raksasa lain tidak akan memperoleh berkah dari penutupan Giant.

Menurut dia, pengelola gerai besar masih akan menghadapi persaingan ketat dengan pengelola gerai berformat minimarket seperti Alfamart milik PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk dan Indomaret yang dikelola PT Indomarco Prismatama.

Meski demikian, Ilham tak menampik bahwa tingkat persaingan di antara pengelolagerai retail besar cenderung menurun seiring penutupan Giant.

"Penutupan Giant tidak berarti memberi lebih banyak ruang ekspansi bagi pengelola retail besar lainnya, karena retail besar secara bertahap kehilangan daya tarik mereknya bagi konsumen Indonesia," ujar Ilham dalam laporan tertulisnya, Rabu (2/6).

Menurut Ilham, keunggulan kompetitif minimarket ialah daya tawar yang kuat dengan pemasok dan kedekatan dengan pembeli. Kedua hal itu akan menyulitkan pengelola gerai besar untuk memperluas kehadirannya.

Berdasarkan catatan, Hypermart memiliki sekitar 90 gerai pada akhir 2020. Jumlahnya menurun dibanding pada akhir 2019 yang lebih dari 100 toko. Sementara itu, Giant memiliki 75 gerai pada akhir 2020, setelah menutup 25 gerai pada 2019.

Di sisi lain, Alfamart dan Indomaret masing-masing memiliki lebih dari 15.000 toko di seluruh Indonesia. Alfamart menambah lebih dari 1.000 toko sepanjang 2000, sedangkanIndomaret menambah 700 toko pada tahun yang sama.

Kinerja Keuangan

Tak hanya itu, operasional bisnis gerai besar dianggap menimbulkan biaya operasi, terutama komponen sewa tempat dan tenaga kerja, yang lebih tinggi dibanding biaya operasional minimarket.

Sebagai perbandingan, beban gaji HERO menyumbang sekitar 10%-13% dari total pendapatan sepanjang 2019-2020. Di sisi lain, beban serupa hanya menyumbang 8%-9% dari total pendapatan Alfamart.

Menurut kinerja keuangan, perusahaan pengelola gerai besar mengalami penurunan pendapatan dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu semakin mempersulit persaingan gerai besar dengan minimarket. 

Dalam laporan keuangan kuartal I 2021 diketahui, HERO terus mengalami kerugian operasional. Pendapatan menurun 16% menjadi Rp1,7 triliun pada tiga bulan pertama 2021, dibanding Rp2,6 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, MPPA juga akan kesulitan memperluas gerainya secara signifikan, karena pendapatannya menurun sebesar 22% selama 2020, dan terus mengalami kerugian operasional.

Fitch Ratings memperkirakan Alfamart akan membukukan pertumbuhan pendapatan sekitar 5% pada 2021 dengan marjin EBITDA di kisaran 6%. Proyeksi itu didukung oleh kombinasi ekspansi toko dan pemulihan pertumbuhan penjualan toko yang ada.