PT Bukalapak.com berencana untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 Juli 2021 dengan melepas 25% sahamnya ke publik. Bagaimana kondisi keuangan unicorn perdagangan elektronik (e-commerce) milik PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) sepanjang 2020?
Dalam dokumen mini expose Bukalapak terkait proses penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) yang diperoleh Katadata.co.id, Bukalapak menyertakan laporan keuangan 2020.
Berdasarkan laporannya, Bukalapak diketahui masih membukukan kerugian Rp 1,34 triliun sepanjang 2020. Meski begitu, kerugian menurun hingga 51,75% dari rugi yang dialami 2019 sebesar Rp 2,79 triliun.
Salah satu penyokong penurunan rugi tersebut karena Bukalapak mampu membukukan pendapatan bersih Rp 1,35 triliun sepanjang 2020. Pendapatan tersebut mampu meroket hingga 25,56% dari periode 2019 sebesar Rp 1,07 triliun.
Selain kenaikan omzet, Bukalapak juga ditopang efisiensi biaya, yaitu beban penjualan dan pemasaran. Pada 2020, dua komponen itu menghabiskan biaya Rp 1,51 triliun, turun hingga 34,58% dari Rp 2,32 triliun pada 2019.
Sementara itu, komponen beban administrasi dan umum pada 2020 tercatat senilai Rp 1,49 triliun. Beban tersebut naik sebesar 18,15% dibandingkan dengan 2019 yang senilai Rp 1,26 triliun.
Oleh karena porsi beban yang masih besar, profitabilitas Bukalapak tergerus. Alhasil, perusahaan harus menanggung kerugian dari operasional sebesar Rp 1,83 triliun. Namun, kerugian tersebut susut hingga 35,34% dibandingkan rugi operasional pada 2019 senilai Rp 2,84 triliun.
Dari sisi arus kas, Bukalapak memiliki aset hingga Rp 2,59 triliun per akhir 2020, naik 26,3% dibanding 2019 yang senilai Rp 2,05 triliun. Aset Bukalapak pada 2020 mayoritas berasal dari aset lancar senilai Rp 1,76 triliun, sedangkan aset tidak lancar senilai Rp 823,84 miliar.
Dari sisi liabilitas 2020, Bukalapak tercatat senilai Rp 985,82 miliar atau meningkat 9,7% dari Rp 898,47 miliar pada tahun sebelumnya. Liabilitas lancar Bukalapak tahun lalu senilai Rp 881,99 miliar. Sedangkan liabilitas tidak lancar senilai Rp 103,83 miliar.
Ketika dikonfirmasi, VP of Corporate Affairs Bukalapak Siti Sufintri Rahayu tak membenarkan ataupun membantah kebenaran data dalam dokumen tersebut. Dia mengatakan, pihaknya senantiasa mengeksplorasi kesempatan bagi perusahaan untuk terus bertumbuh dan berkembang secara finansial. Namun, untuk saat ini, ia mengaku belum membuat keputusan apapun.
"Fokus kami saat ini adalah terus mencari strategi yang tepat untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan menciptakan nilai tambah bagi para partner dan pengguna untuk waktu-waktu mendatang," ujarnya kepada Katadata.co.id
Bukalapak dikabarkan segera melantai di bursa saham dan menargetkan bisa memperoleh pernyataan praefektif dari OJK pada 25 Juni 2021, sehingga proses bookbuilding dan roadshow busa dimulai pada 28 Juni 2021.
Sementara itu, pembentukan harga IPO dilaksanakan pada 9 Juli 2021. Bukalapak menargetkan bisa mendapatkan pernyataan efektif dari OJK pada 21 Juli 2021. Sehingga bisa melakukan penawaran ke publik pada 23 hingga 27 Juli 2021. Pencatatan perdana ditargetkan pada 29 Juli 2021.
Bukalapak juga telah menunjuk lima penjamin emisi (underwriter), baik domestik maupun global. Bukalapak kabarnya menggandeng Mandiri Sekuritas dan Buana Capital Sekuritas sebagai joint lead managing underwriters. Lalu untuk underwriters domestik, Bukalapak menggandeng UBS Sekuritas Indonesia.
Selain itu, UBS dan BofA Securities sebagai joint global coordinators. Sedangkan untuk proses joint bookrunners menggandeng UBS, BofA Securities, dan Mandiri Sekuritas.