Perusahaan Grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals alias BRMS mengincar modal tambahan Rp 1,6 triliun dari aksi korporasi Penawaran Umum Terbatas II (PUT2) atau right issue tahun ini. Perusahaan tambang emas tersebut akan menerbitkan 23,67 miliar lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp 70 per saham.

Director&Investor Relations BRMS Herwin Hidayat mengatakan, rencana tersebut sudah disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam bentuk prospektus. Adapun periode pelaksanaan PUT2 diperkirakan berlangsung pada 19-28 Oktober 2021, tergantung pada pernyataan efektif dari otoritas. Sedangkan untuk pelaksanaan waran antara 20 April hingga 20 Mei 2022.

Setiap pemilik 5 saham BRMS memiliki hak untuk membeli satu saham baru yang diterbitkan pada PUT2. Di mana, setiap 17 saham baru tersebut melekat 6 waran dari total yang diterbitkan 8,35 miliar. Pemilik 1 waran berkesempatan untuk membeli 1 saham BRMS di harga Rp 70 per saham.Untuk estimasi nilai waran jika dilaksanakan seluruhnya mencapai Rp 584,86 miliar.

“Dua pembeli siaga telah bersedia membeli saham-saham baru pada transaksi PUT2,” kata Herwin dalam keterangan resminya kepada Katadata.co.id, pekan lalu.

Kedua standby buyer untuk aksi korporasi BRMS kali ini yaitu, Summer Ace Ventures Limited yang bersedia membeli sebanyak-banyaknya 17,91 miliar lembar saham baru yang diterbitkan atau sekitar 76% dari total yang diterbitkan. Selanjutnya, ada Hartman International Pte.Ltd yang bersedia membeli 24% saham baru atau sekitar 5,75 miliar lembar saham.

Manajemen merinci penggunaan dana hasil right issue terbesar yakni US$ 29 juta atau setara Rp 420,5 miliar akan digunakan membangun 1 pabrik pengolahan biji emas dengan kapasitas 2.000 ton bijih per hari. Sekitar US$ 24 juta atau sekitar Rp 348 miliar diperuntukan bagi aktivitas penngeboran beberapa prospek emas untuk menambah 10 juta ton cadangan bijih emas di lokasi tambang Motomboto di Gorontalo.

Dana hasil PUT2 juga akan digunakan BRMS untuk membangun infrastruktur jalan tambang (hauling road) sepanjang 30 km dengan lebar 12m, serta fasilitas jembatan sepanjang 75m dari Pelabuhan Tomobolilato ke lokasi tambang di Gorontalo. Estimasinya, dana right issue yang akan digunakan mencapai US$ 24 juta.

Selanjutnya, sebanyak US$ 21 juta atau Rp 304,5 miliar akan digunakan untuk membangun fasilitas pendukung tambang seperti waste dump (area dumping), sediment pond (kolam pengendapan), power supply (pasokan listrik), fuel warehouse (gudang bahan bakar), nursery facility (fasilitas kesehatan), explosive magazine dan lainnya.

BRMS juga berencana memanfaatkan US$ 10 juta atau setara Rp 145 miliar dana hasil right issue untuk membangun fasilitas pengolahan limbah atau tailing management facility. Itu termasuk fasilitas pengeringan limbah bijih, tailing dam, dan detoxification plant. Sedangkan US$ 3 juta atau skitar Rp 43,5 miliar akan digunakan untuk pembelian alat-alat berat, perlengkapan, dan peralatan tambang.

“Bila ada sisa dana hasil PUT2, maka akan digunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja perusahaan dan atau anak-anak usahanya,” ujar Herwin.

Ke depan, manajemen BRMS optimistis dapat merealisasikan beberapa keuntungan dari pengembangan proyek tambang emasnya di Gorontalo. Salah satunya dengan beroperasinya pabrik pengolahan bijih emas yang baru yang memulai produksi komersial di tambang Motomboto di Gorontalo. Produksi tersebut diyakini berdampak positif terhadap kinerja penjualan dan laba bersih BRMS.

Selain itu, aktivitas pengeboran diharapkan dapat menambah jumlah cadangan bijih emas di Gorontalo sebanyak 10 juta ton. Penambahan tersebut akan menambah usia produktif proyek tambang emas di Gorontalo.

Pada April 2021, BRMS baru saja menyelesaikan PUT1 yang dananya saat ini digunakan untuk mengembangkan proyek tambang emas di Palu, Sulawesi. Pengembangan proyek tersebut termasuk pembangunan pabrik pengolahan bijih emas berkapasitas 4.000 ton bijih per hari, pengeboran beberapa prospek emas untuk menambah cadangan 20 juta ton bijih emas, dan lain-lain.

"Kami berharap dapat segera menghasilkan pendapatan dan laba bersih dari kedua proyek tambang emas di Palu dan Gorontalo dalam waktu dekat," katanya.

Sementara itu, struktur pemegang saham BRMS juga kedatangan penghuni baru. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 30 Juni 2021, struktur kepemilikan saham BRMS berubah menjadi Wexler Capital Pte. Ltd. sebesar 15,74%, 1st Financial Company Limited 15,17%, Emirates Tarian Global Ventures SPC 12,33%, PT Biofuel Indo Sumatra 7,14%, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) 6,68%, dan Fountain City Investment Ltd 5,32%.

Rincian tersebut berubah dari daftar pemegang saham Grup Bakrie satu ini, saat menggelar rights issue April 2021. Di mana, Emirates Tarian Global Ventures SPC mulai masuk sebagai pemegang saham di kuartal II-2021. Emirates Tarian Global merupakan special purpose vehicle (SPV) yang beralamat di kepulauan Cayman.

Sebelumnya, beredar rumor kalau Grup Salim telah menandatangani non disclosure agreement (NDA) untuk mengoperasikan tambang emas milik BRMS. Rumor tersebut semakin kuat setelah muncul transaksi senilai 6,31 juta saham BRMS di harga Rp 62 per saham pada pertengahan Desember 2020. Jumlah itu setara Rp 391,2 miliar tersebut ditransaksikan PT Net Sekuritas yang merupakan broker saham terafiliasi dengan Grup Salim.