Aset Membengkak, Laba Merdeka Cooper Semester I Malah Anjlok 84,7%

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Pekerja PT Bumi Suksesindo beraktivitas di depan terowongan bawah tanah pada proyek ekplorasi Upper High Grade Zone (UHGZ) di tambang Tujuh Bukit di Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (5/12/2019). Pada Aktivitas eksplorasi emas dan tembaga ini, PT BSI anak usaha PT Merdeka Cooper Gold Tbk (MDKA) telah menghabiskan investasi mencapai Rp400 miliar sejak kuartal 1 2018 hingga saat ini.
25/8/2021, 11.30 WIB

Perusahaan tambang emas PT Merdeka Cooper Tbk (MDKA) menderita penurunan laba hingga 84,66% pada semester I-2021. Perolehan itu seiring dengan penurunan pendapatan usaha sebesar 38,8%.

Melansir keterbukaan informasi di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja Merdeka Cooper mengalami penurunan. Laba periode berjalan yang dapat didistribusikan kepada entitas induk turun dari US$ 38,26 juta pada Juni 2020 menjadi US$ 5,87 juta per Juni 2021.

Salah satu penyebab laba perusahaan turun karena pendapatan usaha turun 31,88% sepanjang semester I-2021 menjadi US$ 135,42 juta. Sedangkan pada periode sama tahun lalu, emiten anggota LQ45 itu berhasil membukukan pendapatan US$ 198,81 juta.

Hingga Juni 2021, Merdeka Cooper mencatatkan penurunan ekspor penjualan emas, perak dan tembaga katoda pihak ketiga sebanyak 42,8% menjadi US$ 119,62 juta. Aktivitas ekspor tersebut berkontribusi sekitar 88% terhadap total pendapatan usaha Merdeka Cooper di semester I-2021.

Dalam laporan keuangan perusahaan pertambangan emas itu, disampaikan bahwa ekspor penjualan ke Hong Kong turun 53,77% menjadi US$ 77,97 juta dari US$ 168,64 juta. Ekspor ke Singapura juga mengalami penurunan 71,51% menjadi US$ 6,8 juta. Pangsa pasar baru yakni Tiongkok mencatatkan ekspor penjualan US$ 16,98 juta.

Di sisi lain, penjualan domestik untuk emas, perak dan tembaga katoda mengalami lonjakan sebanyak 133,93% menjadi US$ 14,69 juta. Dengan begitu, kinerja perusahaan untuk penjualan domestik hingga Juni 2021 telah berkontribusi 10,84% terhadap total penjualan perusahaan.

Sementara itu, realisasi lindung nilai pada penjualan emas, perak dan tembaga katoda juga mengalami penurunan signifikan yakni 94,13% ke level US$ 73.200 di semester I-2021. Tahun ini, realisasi lindung nilai hanya berkontribusi 0,54% terhadap total penjualan Merdeka Cooper. Padahal, periode yang sama tahun lalu, bisnis ini berkontribusi US$ 12,44 juta atau sekitar 6,25%.

Adapun untuk beban pokok, Merdeka Cooper membukukan penurunan 12,6% dari US$ 122,43 juta per Juni 2020 menjadi US$ 107 juta per Juni 2021. Di mana, beban royalti diketahui turun 43,81% menjadi US$ 5,31 juta. Sedangkan untuk beban operasi dan produksi tumbuh 23,34% menjadi US$ 122,58 juta.

Sementara itu, total aset Merdeka Cooper untuk periode Januari-Juni 2021 tercatat tumbuh 105,37% menjadi US$ 1,92 miliar. Rinciannya, jumlah aset tidak lancar mencapai US$ 737 juta, sedangkan untuk jumlah aset lancar US$ 457,3 juta.

Direktur Merdeka Cooper David Thomas Fowler menjelaskan kenaikan aset disebabkan pertumbuhan pos kas dan bank sebesar US$ 227,14 juta, piutang lain-lain sebesar US$ 20,54 juta dan persediaan sebesar US$ 21,2 juta.

Penyebab perubahan aset secara keseluruhan terutama karena kenaikan kas di bank atas peningkatan modal tanpa hak memesan terlebih dahulu (PMTHMETD) atau right issue, dari 1 miliar lebih saham MDKA dengan jumlah Rp 2,44 triliun atau setara US$ 172,02 juta. Ada juga penerbitan obligasi berkelanjutan II tahap I tahun 2021 sebesar Rp 1,5 triliun atau setara US$ 103,83 juta.

Selain itu, terdapat kenaikan piutang lain-lain atas klaim asuransi terkait kerusakan material dan gangguan bisnis pada proyek tambang Tujuh Bukit senilai US$ 20 juta.

“Ketiga hal ini mengakibatkan jumlah aset perusahaan mengalami kenaikan signifikan,” ujar David dalam keterangannya kepada BEI, Selasa (24/8).

Melansir RTI, pada perdagangan Rabu (25/8) saham MDKA dibuka turun seharga Rp 2.650 per saham dari penutupan perdagangan kemarin yakni Rp 2.700 per saham. Sepanjang 2021, saham MDKA tercatat naik 9,88%.