PT Semen Baturaja (Persero) Tbk menerapkan empat strategi untuk memulihkan kinerja keuangan di tengah pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Beberapa di antaranya adalah efisiensi biaya produksi dan penjualan.
Sepanjang semester I 2021, emiten berkode saham SMBR ini membukukan laba bersih Rp 2,65 miliar, pulih dari periode yang sama tahun lalu yang mengalami kerugian bersih mencapai Rp 137,6 miliar.
Direktur Utama SMBR Jobi Triananda Hasjim menyampaikan perusahaan menerapkan empat strategi untuk memulihkan kinerja keuangan sepanjang 2021. Pertama, efisiensi biaya produksi, yakni dengan menggunakan batu bara dari sumber yang ekonomi, renegosiasi harga bahan baku, optimalisasi produksi dan penggunaan limbah sebagai alternatif bahan baku dan energi.
Kedua, efisiensi biaya penjualan, yakni dengan optimalisasi kapasitas armada, renegosiasi tarif angkutan semen. Ketiga, peningkatan jaminan pembayaran distributor, dengan mengatur ulang jadwal piutang distributor, penerapan pembiayaan modal kerja untuk rekanan, pencairan pengemasan kembali (repackaging) kredit investasi.
"Terakhir, peningkatan penjualan white clay dan mortar, dengan penjualan melalui marketplace digital dan sinergi dengan BUMN karya," ujar Jobi dalam Paparan Publik Semen Baturaja, Selasa (7/9).
Sepanjang semester I/2021, volume penjualan semen naik 14% sebesar 850.484 ton. Hal ini turut meningkatkan pendapatan perseroan sebesar Rp 763,63 miliar atau naik 14% dari raihan omzet periode yang sama tahun sebelumnya Rp 671,8 miliar.
SMBR berhasil menekan beban pokok penjualan sebesar 7% dari semula Rp 436,73 miliar menjadi Rp 407,45 miliar. Kemudian beban usaha juga menurun 5% dari semula Rp 268,8 miliar menjadi Rp 255,6 miliar.
Total aset Perseroan meningkat menjadi Rp 5,75 triliun dibanding periode 2020 yang sebesar Rp 5,73 triliun, SMBR mencatatkan liabilitas sebesar Rp 2,35 triliun dan ekuitas Rp 3,40 triliun. EBITDA tercatat mampu mencapai Rp 196 miliar atau tumbuh sebesar 227% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
“Manajemen memastikan agar aktivitas produksi dan penjualan mampu berjalan dengan baik, tanpa mengurangi kewaspadaan kami terhadap penyebaran Covid-19,” ujar Jobi.
Menurut dia, pertumbuhan kinerja paruh pertama tahun ini juga didorong oleh pemulihan kegiatan investasi dan prioritas pembangunan infrastruktur sebagai katalis positif bagi perusahaan semen di wilayah Sumatera. Dengan demikian, industri semen tidak mengalami dampak signifikan melalui adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Pemberlakuan PPKM tidak menyebabkan permintaan semen di wilayah Indonesia mengalami penurunan, didorong oleh adanya pertumbuhan ekonomi pada 2021.” katanya.
Jobi menyampaikan manajemen perusahaan optimistis kinerja keuangan pada semester II 2021 mampu mencapai target dengan adanya pemulihan ekonomi nasional. Menurut dia, industri semen merupakan salah satu sektor strategis yang masih harus berjalan di tengah pandemi untuk menopang pembangunan infrastruktur di Indonesia.