Anak pemilik Grup Djarum Budi Hartono, Armand Wahyudi Hartono mengungkapkan sejumlah strategi Bank Central Asia (BCA) di era digital. Salah satunya, membuat Bank Digital BCA.
"Di era digital ini, Anda memerlukan pola pikir dan kepemimpinan digital yang berfokus membantu dan menemukan solusi dari permasalahan nasabah," kata Wakil Presiden Direktur BCA itu dalam acara Wild Digital Indonesia 2021, Kamis (9/9).
BCA mendigitalisasi sejumlah layanan. Salah satunya, pembukaan rekening dapat dilakukan secara online.
Sebanyak 60% volume transaksi harian nasabah BCA menggunakan mobile banking dan 26% internet banking. Sisanya, lewat ATM dan bank cabang.
Taktik lainnya yakni menggunakan cara hybrid. "Ini agar keterlibatan pelanggan sangat kuat. Sejumlah layanan hanya untuk fungsionalitas," ujarnya.
BCA juga berinvestasi di sejumlah infrastruktur teknologi. "Ini untuk layanan asuransi dan syariah. Juga untuk menopang keamanan (siber)," ujar Armand.
Selain itu, BCA merambah bank digital. BCA mengakuisisi Bank Royal Indonesia pada April 2019 dan mengubah namanya menjadi Bank Digital BCA.
BCA menyuntik modal Rp 988 miliar untuk bank digital itu. "Kenapa kami tetap membuat bank digital, karena ada satu ceruk pasar (niche market) yang unik dan kalau hanya lewat BCA, tidak masuk," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam webinar Hari Pelanggan Nasional, pekan lalu (3/9).
Bank bernuansa birut itu berencana melakukan penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) anak usaha, Bank Digital BCA. “Satu sampai dua tahun lagi. Belum direncanakan secara pasti karena baru lahir 2 Juli," ujar Jahja.
Dalam penjelasan tertulis kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Sekretaris Perusahaan BCA Raymon Yonarto menyampaikan bahwa perusahaan berencana mengembangkan bisnis Bank Digital BCA untuk jangka waktu panjang. Ini termasuk potensi IPO.
"Akan tetapi, rencana ini akan mempertimbangkan dan menyesuaikan dinamika pasar, serta perkembangan ekonomi ke depan," ujar Raymon dalam keterangan tertulis, pada Juli (12/7).