PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) memangkas proyeksi pertumbuhan penjualan akhir tahun ini dari 15% menjadi 10%. Kondisi tersebut dilakukan karena mempertimbangkan dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM.
Plt. Direktur Keuangan Ramayana Lestari Sentosa Andreas Lesmana mengatakan, di awal tahun perusahaan optimistis untuk memasang target penjualan tumbuh 15% di akhir 2021. Namun, meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di kuartal II-2021 memaksa pemerintah untuk memberlakukan PPKM dan menekan kinerja perusahaan dengan kode saham RALS tersebut.
“Kondisi itu sampai mengharuskan kami menutup beberapa gerai, sehingga target 15% agak meleset. Akhirnya kami estimasikan pertumbuhan penjualan 10% dengan pertimbangan kondisi Covid dan regulasi pemerintah,” kata Andreas dalam paparan public expose (pubex), Jumat (10/9).
Meskipun begitu, sepanjang periode Januari-Juni 2021 perusahaan berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan bersih sebanyak 16,5% menjadi Rp 1,71 triliun. Kinerja positif tersebut berhasil mendorong laba bersih Ramayana naik 2.471% secara year on year (yoy) menjadi Rp 137,82 miliar.
Di sisa 2021, manajemen RALS memastikan akan terus mengoptimalkan penjualan secara online. Untuk mengoptimalkan penjualan secara daring, Ramayana juga menjalin kerja sama dengan beberapa e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Blibli.com, JD ID, dan lain-lain. Per Juni 2021, kontribusi penjualan Ramayana melalui e-commerce baru 0,8% terhadap total pendapatan perusahaan.
“Kami targetkan kontribusi pendapatan dari e-commerce bisa 2% dari total pendapatan perusahaan,” ujarnya.
Secara umum, pendapatan utama RALS masih ditopang dari penjualan produk department store dan supermarket secara offline. Untuk itu, manajemen berkomitmen untuk tidak menutup gerainya di sisa akhir tahun ini.
Hingga Juni 2021, Ramayana memiliki 102 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia. Sepanjang semester I-2021 terdapat dua gerai baru yang dibuka, berlokasi di Pekanbaru dan Tangerang. Pada periode yang sama, RALS juga menutup 6 gerai di Pasar Baru, Kramatjati, Pondok Gede, Tebet, Palembang, dan Jembatan Merah.
Ke depan, manajemen RALS akan terus memastikan gerai-gerai yang tersisa dapat terus beroperasi untuk mengantisipasi kemungkinan pemulihan ekonomi nasional pasca Covid-19.
RALS juga berkomitmen untuk tetap melanjutkan konsep lifestyle mal, yakni konsep yang menggabungkan toko ritel dengan sarana hiburan. Saat ini, Ramayana memiliki 22 gerai yang dikonversikan ke dalam konsep lifestyle mal.
Melansir RTI, pada perdagangan Jumat (10/9) saham RALS ditutup koreksi 2,31% ke level Rp 635 per saham. Sepanjang tahun ini, saham Ramayana tercatat mengalami penurunan sebanyak 18,06%.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya menilai, meskipun kinerja keuangan Ramayana di kuartal II-2021 cukup positif, namun dampak PPKM level 4 dan level 3 di Jawa Bali masih akan menekan kinerja perusahaan. Prediksinya, emiten sektor ritel tersebut akan membukukan rugi bersih di kuartal III-2021.
“Meskipun PPKM level 4 lebih longgar dibandingkan PPKM darurat, kami melihat daya beli masyarakat berpenghasilan rendah masih lemah,” kata Christine dalam risetnya kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu.
Di samping itu, proyeksi Christine juga didukung data indeks kepercayaan konsumen Juli 2021 yang turun di bawah 100 poin ke level 80,2 poin. Hal tersebut mencerminkan masih lesunya daya beli masyarakat Tanah Air. Adapun realisasi stimulus Jaminan Sosial Nasional dari pemerintah hingga Juli 2021 sekitar 45%, lebih lambat dari ekspektasi.
“Penutupan beberapa gerai selama PPKM juga menurunkan traffic ke toko dan pendapatan retail, termasuk RALS,” ujarnya.
Mengacu berbagai sentimen yang muncul ke depan, Christine memangkas proyeksi target harga saham RALS menjadi Rp 700 per saham, dengan rekomendasi trading buy.