Atur Ulang Profil Utang, Obligasi Hutama Karya Kelebihan Permintaan

ANTARA FOTO/Septianda Perdana/foc.
Pekerja PT Hutama Karya menggunakan alat berat menyelesaikan jalan tol di Gerbang Tol Tanjung Mulia Medan, Sumatera Utara, Rabu (29/7/2020).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
14/9/2021, 16.17 WIB

PT Hutama Karya (Persero) menerbitkan instrumen surat utang senilai total Rp 1,5 triliun untuk mengatur ulang profil (reprofiling) pinjaman dari jangka pendek menjadi jangka panjang. Penerbitan surat utang yang efektif pada 7 September 2021 itu mengalami kelebihan permintaan hingga 3,9 kali.

Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengatakan perusahaan konstruksi milik pemerintah itu menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi II Tahap I Tahun 2021 senilai Rp 1 triliun dengan waktu tenor 3 tahun, 5 tahun, dan 7 tahun. Tingkat kupon masing-masing sebesar 8,25%, 8,55%, dan 9,3%.

Pada saat bersamaan, Hutama Karya juga menerbitkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2021 sebesar Rp 500 miliar dengan waktu tenor 3 tahun, 5 tahun, dan 7 tahun. Sukuk ini memiliki nilai imbal hasil masing-masing sebesar 8,25%, 8,55%, dan 9,3%.

Penerbitan ini telah mendapatkan rating idA dan idAsy (single A Syariah) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). "Melalui penerbitan obligasi ini pula Perseroan akan melakukan reprofiling pinjaman dari pinjaman jangka pendek menjadi pinjaman jangka panjang," kata Budi Harto dalam siaran pers, Selasa (14/9).

Penerbitan obligasi dan sukuk tersebut merupakan tindak lanjut dari Penawaran Umum Obligasi I tahun 2013. Selain itu, ditujukan untuk reprofiling instrumen obligasi global dalam mata uang dolar Amerika Serikat atau Global Bond pada Mei 2020 lalu sebesar US$ 600 juta atau setara Rp 9 triliun (kurs: Rp 15.000).

Budi Harto mengatakan Hutama Karya mendukung target rencana jangka menengah pemerintah, khususnya dalam memastikan keberhasilan pelaksanaan penugasan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) serta proyek infrastruktur strategis lainnya.

"Dalam 5 tahun terakhir, Hutama Karya mencatat pertumbuhan kinerja, dimana total aset perusahaan per Desember 2020 Rp 110,98 triliun atau tumbuh 362% dibanding 2016,” ujar Budi.

Lebih lanjut Budi mengatakan Hutama Karya senantiasa berusaha untuk melakukan diversifikasi sumber pendanaan eksternal. Selain melalui lembaga keuangan seperti bank, perusahaan juga melakukan Penawaran Umum Obligasi I HK Tahun 2013 dan Global Bonds senilai US$ 600 juta dengan 5x oversubscribed.

"Melalui penerbitan obligasi berkelanjutan ini diharapkan dapat memperbaiki struktur permodalan perusahaan untuk mendukung target rencana jangka menengah Pemerintah khususnya proyek strategis nasional (PSN),” ujar Budi.

Reporter: Ihya Ulum Aldin