Indosat dan Tri Akhirnya Merger Jadi Indosat Ooredoo Hutchison

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Seorang pria melintas di depan gedung Indosat, Jakarta Pusat (20/2).
Penulis: Lavinda
16/9/2021, 22.39 WIB

Setelah sempat memperpanjang periode negosiasi hingga tiga kali, Ooredoo Group dan CK Hutchison akhirnya sepakat menggabungkan bisnis operator telekomunikasi di Indonesia. Masing-masing anak usahanya, PT Indosat Tbk dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) akan melebur dengan nama baru, PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk.

Aksi korporasi diresmikan dalam penandatanganan perjanjian transaksi definitif untuk rencana penggabungan bisnis Indosat dan Hutchison 3 Indonesia pada Kamis (16/9).

Managing Director of Ooredoo Group Aziz Aluthman Fakhroo menyampaikan, transaksi ini akan mengonsolidasikan perusahaan dengan valuasi mencapai US$ 6 miliar atau setara Rp 85,26 triliun (asumsi kurs Rp 14.210/ US$), dan pendapatan tahunan sekitar US$3 miliar atau sekitar Rp 42,6 triliun.

"Penggabungan akan bermanfaat bagi semua pemegang saham dan pelanggan, serta lebih mempercepat transformasi digital Indonesia," ujar Aziz dalam keterangan tertulis, Kamis (16/9).

Dia mengatakan, aksi penggabungan usaha ini akan menyatukan dua bisnis yang saling melengkapi untuk menciptakan perusahaan telekomunikasi dan internet digital kelas dunia yang lebih besar, lebih kuat secara komersial dan lebih kompetitif.

Menurut dia, peleburan usaha juga akan memperkuat skala bisnis, kinerja finansial, teknologi, produk, layanan, dan peningkatan jaringan telekomunikasi dan layanan digital. Indosat dan H3I memiliki infrastruktur yang saling melengkapi dan kombinasi dari aset-aset ini juga berpotensi meningkatkan keuntungan dari sisi biaya dan belanja modal.

"Sinergi pra-pajak tarif berjalan tahunan sekitar US$ 300 juta - US$ 400 juta diharapkan dapat direalisasikan selama tiga sampai lima tahun," katanya.

Sebelumnya, Ooredoo dan Hutchison memperpanjang periode tenggat waktu negosiasi eksklusif peleburan kedua anak usahanya hingga 23 September 2021.

Saat itu, CEO H3I Cliff Woo menyampaikan para pemegang saham telah mencapai beberapa kemajuan selama proses negosiasi. Selanjutnya, kedua perusahaan akan menggunakan waktu tambahan untuk memfinalkan dokumen-dokumen penting.

“Setelah semua dokumen selesai, perusahaan akan masuk ke tahap persetujuan internal di pihak masing-masing,” ujar Cliff Woo dalam keterangan tertulis yang diterima Katadata.co,id, Senin (16/8).

Perpanjangan waktu ini dilakukan untuk ketiga kalinya. Sebelumnya, para pemilik saham dua operator telekomunikasi tersebut menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) eksklusif terkait potensi penggabungan bisnis kedua perusahaan.

Kerja sama berlangsung pada akhir Desember 2020 dan berlaku hingga 30 April 2021. Namun, kedua pihak tak menemukan titik terang terkait aksi merger, sampai akhirnya sepakat untuk memperpanjang proses negosiasi hingga 30 Juni. Kemudian diundur kembali menjadi 16 Agustus 2021. Saat perpanjangan waktu negosiasi kedua, manajemen Ooredoo menyampaikan diskusi antara para pihak berada pada tahap lanjutan.

Pada Januari 2021, Indosat mengungkapkan telah mendapat dukungan pemerintah atas kesepakatan merger tersebut, sejalan dengan rencana pemerintah untuk mendorong konsolidasi di sektor telekomunikasi. Dengan asumsi penggabungan usaha tersebut dilakukan, setidaknya akan ada dua hasil signifikan yang mungkin terjadi. Pertama, entitas hasil merger akan menantang pangsa pasar PT XL Axiata Tbk (EXCL).

Saat ini, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) memimpin pasar telekomunikasi dengan lebih dari 170 juta pelanggan hingga akhir tahun 2020, diikuti oleh Indosat sebanyak 60,3 juta pelanggan, XL Axiata 57,89 juta pelanggan, dan H3I 36 juta pelanggan.

Hingga akhir 2020, jumlah pelanggan PT Smartfren Telecom Tbk tercatat 30 juta. Dengan kata lain, total pelanggan Indosat dan Tri pasca merger akan mencapai 96,3 juta. Hal itu akan memberi tekanan lebih besar pada bisnis XL Axiata, meski tidak berpengaruh pada bisnis Telkomsel karena sudah menguasai sekitar 50% pangsa pasar.