Setelah Lunas Rp 444 M, Krakatau Steel Bayar Utang Rp 2,9 T Akhir 2021

ANTARA FOTO/Biro Pers Media Setpres/Agus Suparto/Handout/wsj.
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) menyimak penjelasan dari Dirut PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim (kanan) saat meninjau pabrik Hot Strip Mill 2 Krakatau Steel di Kota Cilegon, Banten, Selasa (21/9/2021).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
28/10/2021, 18.51 WIB

Setelah melakukan restrukturisasi, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sudah membayar utang kepada kreditur senilai total Rp 444,7 miliar. Jumlah itu terdiri dari, pembayaran utang Rp 108 miliar pada 2020 dan Rp 336,7 miliar pada 2021.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan kewajiban itu terdiri dari, Tranche A Rp 258 miliar dan cicilan utang kepada Commerzbank Rp 186,7 miliar.

"Selanjutnya untuk akhir 2021 ini kami berencana akan membayar utang sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,9 triliun,” kata Silmy dalam keterangan tertulis, Kamis (28/10).

Menurut Silmy, pembayaran utang merupakan komitmen Krakatau Steel kepada para kreditur untuk memenuhi kewajiban. Ini sekaligus sebagai bukti bahwa proses transformasi Krakatau Steel berjalan dengan sukses.

Restrukturisasi Krakatau Steel dilakukan salah satunya untuk mengatasi beban utang yang besar dan terus meningkat sejak 2011. Krakatau Steel bersama 10 kreditur menandatangani perjanjian kredit restrukturisasi pada Januari 2020.

Krakatau Steel mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran dan menyelesaikan utang dengan total Rp 28,4 triliun sesuai dengan jadwal selama 8 tahun melalui skema Tranche A, Tranche B, dan Tranche C.

Dengan adanya restrukturisasi utang, Silmy mengatakan pengelolaan utang Krakatau Steel menjadi lebih baik dan lebih ringan karena disesuaikan dengan perkembangan perusahaan dan likuiditas perusahaan.

Transformasi yang telah menghasilkan kinerja positif yang membuat Krakatau Steel semakin sehat secara finansial. Silmy optimis untuk pencapaian kinerja yang lebih baik lagi ke depan.

Hingga Agustus 2021, emiten produsen baja ini mencatatkan tren peningkatan kinerja dengan laba bersih Rp 800 miliar. Sejak 2020 perusahaan milik pemerintah ini membukukan laba setelah mengalami kerugian selama delapan tahun.

"Perolehan laba bersih ini meningkat 54% dibandingkan periode yang sama 2020 sebesar Rp 362,5 miliar,” kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam siaran pers, Jumat (24/9).

Krakatau mengembangkan beberapa strategi untuk menggenjot penjualan, di antaranya mengejar pasar ekspor, mengembangkan program digitalisasi, hingga menguatkan strategi hilirisasi.

"Strategi pengembangan usaha melalui pembentukan subholding, optimalisasi kinerja, operational excellence, serta melanjutkan program transformasi dan efisiensi juga merupakan kunci dari pencapaian kinerja positif kami,” ujar Silmy.

Reporter: Ihya Ulum Aldin