Kini Penumpang Garuda Bisa Jelajahi Rute Internasional pakai Emirates

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Seorang tenaga teknik PT Garuda Maintenance Facility (GMF) melintas disamping pesawat Garuda Indonesia Explore di Hangar GMF,  Tanggerang,  Banten (2/3).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
4/11/2021, 19.02 WIB

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk melebarkan perspektif dan mengkaji berbagai opsi untuk memulihkan kinerja. Tujuannya, supaya maskapai nasional tersebut bisa fokus berbisnis rute domestik.

Penekanan itu disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir usai menyaksikan penandatangan kerja sama antara Garuda Indonesia dengan Emirates di Dubai, UEA, Rabu (3/11). Perjanjian dalam bentuk code sharing tersebut menyatakan penumpang Garuda tetap bisa menjelajahi rute internasional melalui maskapai Emirates.

Erick mengatakan, upaya restrukturisasi Garuda terus berjalan. Negosiasi utang-utang Garuda yang mencapai US$ 7 miliar karena leasing cost termahal yang mencapai 26% dan juga korupsi lagi dinegosiasikan dengan para lessor.

"Meski demikian, kami tetap berusaha membuka opsi-opsi lain, paling tidak, agar bisa membantu pemulihan Garuda," kata Erick dalam siaran pers, Kamis (4/11).

Menurut Erick, melalui kerja sama code sharing dengan Emirates dalam melayani rute penerbangan ke luar negeri, maka Garuda masih memiliki value di mata pelanggannya. Hal ini diharapkan berdampak positif dalam mendukung orientasi baru Garuda yang akan lebih fokus melayani rute domestik.

"Bagaimanapun juga, kami tidak bisa tinggal diam, bukan? Yang namanya usaha dan mencari solusi harus tetap dipikirkan. Termasuk juga menyusun strategi dan fokus baru untuk bisnis penerbangan domestik Garuda," katanya.

Kementerian BUMN menegaskan tidak ingin membuat maskapai nasional Garuda bangkrut. Untuk itu, pemerintah tengah melakukan negosiasi dengan banyak pihak agar utang Garuda direstrukturisasi.

"Harus saya tegaskan, pemerintah tidak ingin membuat Garuda bangkrut. Hal yang kami cari adalah penyelesaian utang, baik di luar proses pengadilan atau melalui proses pengadilan," kata Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam wawancara dengan Bloomberg yang dikutip Kamis (4/11).

Tiko, sapaan akrabnya, mengatakan salah satu pihak yang dinegosiasikan adalah kreditur untuk restrukturisasi utang US$ 6,3 miliar. Ia berharap, bisa mencapai kesepakatan pada triwulan II-2022.

Maskapai milik pemerintah itu telah menyiapkan beberapa opsi dalam negosiasi utang, termasuk beralih ke instrumen seperti obligasi konversi wajib atau pinjaman bank tanpa kupon.

“Kami sedang bernegosiasi dengan banyak pihak dengan kebutuhan yang berbeda, sehingga preferensi mereka berbeda-beda,” kata Tiko.

Tiko mengatakan, jika perjanjian utang sudah tercapai, Garuda akan mulai mencari cara mengumpulkan US$ 1 miliar untuk membayar kewajibannya dan sebagai modal kerja.

Dengan kebutuhan dana yang begitu tinggi, pemerintah kini memilih bersikap realistis dan terbuka terhadap kemungkinan investor swasta menjadi pemilik mayoritas saham Garuda. "Kami buka peluang adanya pemain hub besar," kata Tiko.

Reporter: Ihya Ulum Aldin