Tak Lagi Jual Menara, Laba Bersih XL Axiata Anjlok 51% Kuartal III
PT XL Axiata Tbk (EXCL) membukukan laba bersih Rp 1,02 triliun hingga triwulan III-2021. Nilai itu merosot 51,04% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 2,07 triliun.
Penurunan laba bersih XL Axiata tahun ini bukan lantaran kinerja yang lesu, melainkan karena tahun lalu perusahaan memperoleh cuan melimpah dari hasil penjualan dan sewa balik menara telekomunikasi.
Pada tahun lalu, laba bersih XL Axiata mencapai Rp 2,07 triliun, karena XL Axiata mengantongi keuntungan dari penjualan dan sewa-balik menara Rp 1,97 triliun. Sementara itu, pada periode sama tahun ini keuntungannya hanya Rp 313,29 miliar saja.
Pada Februari 2020, XL Axiata memang merampungkan transaksi penjualan sebanyak 2.782 menara kepada dua perusahaan. Sebanyak 1.728 unit dilepas kepada PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dan sebanyak 1.054 unit kepada PT Centratama Menara Indonesia (CMI).
Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan XL Axiata tercatat senilai Rp 19,8 triliun hingga triwulan III-2021, mampu tumbuh 0,73% dari Rp 19,65 triliun hingga triwulan III-2020. Mayoritas pendapatan XL Axiata masih berasal dari bisnis data Rp 16,8 triliun atau tumbuh 4,43% dari Rp 16,09 triliun. Sementara, bisnis non-data yang dikantongi XL Axiata Rp 1,6 triliun atau turun 28,59% dari Rp 2,24 triliun.
Sejumlah beban juga tidak mengalami peningkatan signifikan, bahkan ada yang turun. Beban penyusutan stabil secara tahunan di Rp 7,41 triliun. Beban infrastruktur Rp 5,95 triliun, turun 0,97% dari Rp 6 triliun.
Alhasil, laba sebelum pajak penghasilan yang dikantongi XL Axiata hingga September 2021 tersisa Rp 1,25 triliun. Nilai tersebut turun 49,01% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 2,46 triliun.
Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, periode triwulan III-2021 cukup berat, di tengah kompetisi industri yang tidak pernah kendor. Untuk itu, XL Axiata tetap melanjutkan digitalisasi secara end-to-end di hampir semua lini bisnis.
"Antara lain, mengimplementasikan analisis berbasis artificial intelligence (kecerdasan buatan) untuk meningkatkan efisiensi dalam operasional," kata Dian seperti dikutip dari siaran resmi, Selasa (9/11).
Selain itu XL Axiata juga tetap membangun jaringan untuk meningkatkan kualitas layanan seiring dengan trafik yang juga terus meningkat
Untuk membiayai pembangunan jaringan dan mendorong pertumbuhan pendapatan, XL Axiata sudah membelanjakan modal (capex) yang lebih besar. Hingga periode sembilan bulan 2021, capitalized capex meningkat 25% menjadi Rp 6,4 triliun, sedangkan committed capex meningkat 24% menjadi Rp 4,5 triliun.
Peluang bisnis
Perusahaan merespons sejumlah peluang positif di dalam industri telekomunikasi. Salah satunya, terkait merger antaroperator yang berpeluang meningkatkan dinamika kompetisi yang lebih seimbang di industri.
Kemudian, mengenai pelonggaran PPKM telah meningkatkan aktivitas ekonomi. Selanjutnya, berlanjutnya program kuota pendidikan fase ketiga oleh pemerintah memberikan peluang operator untuk ikut berpartisipasi.
Terus berkembangnya cara kerja digital, sekolah, dan kehidupan sehari-hari telah menciptakan permintaan data dalam jangka panjang. Peluang lainnya berupa peningkatan permintaan layanan fixed broadband – fiber to the home (FTTH).
"Selain itu, keberadaan UU Ciptakerja juga bermanfaat positif dalam jangka panjang, termasuk untuk efisiensi capex dan opex dalam menyediakan layanan 5G," kata Dian.
Di sisi lain, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi sepanjang sembilan bulan 2021. Salah satunya adalah akan terus berlanjutnya kompetisi yang ketat antar operator.
"Meningkatnya intensitas kompetisi sejak akhir 2020 lalu terasa berdampak pada pertumbuhan industri," ujar Dian.
Terkait pandemi Covid-19 yang masih terus membayangi dan berdampak langsung pada pemulihan ekonomi secara umum. Selanjutnya, ada juga tantangan terkait dampak dari global supply chain yang bisa mempengaruhi persediaan bahan baku dan produksi.