Tingkatkan likuiditas perdagangan saham, PT AKR Corporindo Tbk bakal jalankan aksi korporasi pemecahan saham alias stock split. Aksi tersebut bakal menjadikan harga saham AKRA menjadi lebih terjangkau, khususnya bagi investor ritel. Harapannya, itu dapat meningkatkan jumlah pemegang saham Perseroan ke depan.
Demi melancarkan aksi tersebut, perusahaan energi minyak, gas dan batu bara itu bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Senin (20/12). Rencana pemecahan saham perusahaan dengan kode emiten AKRA itu bakal dilakukan dengan perbandingan 1:5.
Jika pada perdagangan akhir pekan ini (19/11) harga saham AKRA berada di level Rp 4.180 per lembar, maka saat dilakukan stock split, harganya bisa berkisar Rp 836 per saham.
Melansir RTI, sepanjang tahun ini harga saham AKRA tercatat sudah mengalami kenaikan 31,45 %. Perusahaan pengelola SPBU British Petroleum (BP) tersebut, pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia alias BEI pada Oktober 1994. Di mana, harga saham perdana yang ditawarkan yakni Rp 4.000 per saham dan ditebar sebanyak 15 juta lembar saham.
Presiden Direktur AKRA Haryanto Adikoesoemo menyatakan perusahaan telah memberikan kinerja konsisten selama tiga tahun terakhir, sehingga akan menarik bagi investor ritel. Saham AKRA juga termasuk ke dalam konstituen LQ 45 dan IDX ESG Leader Index
"Usulan stock split akan meningkatkan likuiditas AKRA dan meningkatkan kepemilikan saham di antara komunitas investor,” kata Haryanto dalam keterangan resminya, Kamis (11/11).
Selain itu, aksi stock split juga bagian dari upaya AKR Corporindo untuk mendukung Bursa Efek Indonesia (BEI) dan pemerintah dalam mengembangkan pasar modal Indonesia, serta meningkatkan partisipasi anak muda di pasar modal domestik.
Nyaris Enam Dekade AKR Corporindo Bertumbuh
AKR Corporindo terbentuk 58 tahun lalu di Surabaya sebagai usaha perdagangan bahan kimia dasar. Perusahaan itu lahir dari tangan pengusaha asal Jawa Timur, Soegiarto Adikoesoemo pada 1960, sampai kemudian diberi nama PT Aneka Kimia Raya alias AKR pada November 1977.
Soegiarto merupakan pria kelahiran Malang pada 1938. Selain pendiri Grup AKR, dia juga sempat menjabat sebagai Presiden Direktur perusahaan hingga 1992.Kini posisinya beralih menjadi Komisaris Utama AKRA, dengan kepemilikan saham 0,26 % atau sekitar 10,6 juta lembar saham per Oktober 2021. Sedangkan putranya, Haryanto Adikoesoemo yang kini menjabat Direktur Utama AKRA menguasai 0,63 % atau sekitar 25,39 juta lembar saham.
Saat ini, perusahaan berada di bawah kendali PT Arthakencana Rayatama yang menguasai saham AKRA 59,6 % atau 2,39 miliar lembar saham. Di mana, Soegiarto dan anaknya juga menjadi pengendali utama saham Arthakencana Rayatama.
Kesuksesan Soegiarto menjadi pengusaha juga sempat dicatat Forbes, dengan memasukkannya ke dalam daftar jajaran orang terkaya di Indonesia pada 2013, dengan kekayaan saat itu mencapai US$ 1,04 miliar atau sekitar Rp 14,7 triliun (kurs Rp 14.200).
Dilansir dari Forbes, Soegiarto lahir bukan dari keluarga konglomerat yang dengan mudahnya dimahkotai kesuksesan. Keberhasilannya menjadi orang tajir saat ini berkat usahanya merintis perusahaan dari awal.
Terbukti, AKR berhasil menjadi salah satu distributor swasta terbesar untuk bahan kimia dasar, bahan bakar minyak (BBM), logistik, dan solusi rantai pasokan di Indonesia. AKRA juga resmi memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta pada 1985.
Selanjutnya, pada 1994 AKRA beralih menjadi perusahaan publik dengan masuk ke Bursa Efek Indonesia atau BEI. Tawarkan harga saham perdana Rp 4.000 per saham dengan menebar 15 juta lembar saham, perusahaan berhasil mengantongi dana segar sebanyak Rp 60 miliar. Dana yang diperoleh kemudian digunakan untuk mengembangkan infrastruktur serta membangun terminal-terminal penyimpanan baru dan aset lainnya di pulau Jawa dan Sumatra.
Tak berhenti berkembang, awal dekade milenium AKR melebarkan area bisnisnya untuk distribusi produk bahan bakar minyak (BBM) dengan memperluas infrastruktur yang ada. Seiring berkembangnya portofolio bisnis nama AKR, nama perseroan Aneka Kimia Raya atau AKR pun diubah menjadi PT AKR Corporindo Tbk dengan kode saham AKRA. Adapun tujuan pergantian nama, untuk mencerminkan ruang lingkup bisnis yang lebih besar.
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, AKR Corporindo berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih 20 % year on year (yoy) menjadi Rp 797 miliar. Di mana, hingga akhir 2020 lalu, perusahaan membukukan pertumbuhan laba 30%. Pertumbuhan laba tersebut ditopang pendapatan yang naik 24% menjadi Rp 17,25 miliar per September 2021.
Diversifikasi Portofolio Bisnis AKRA
Pada 2005, AKR menjadi perusahaan nasional pertama yang beroperasi di bisnis BBM non subsidi. Pengalaman dan infrastruktur AKRA dalam mendistribusikan BBM non subsidi, mengantarkannya menjadi pendistribusi BBM bersubsidi sejak 2010, ditunjuk Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas).
AKRA kemudian memperluas jaringannya dan kini telah memiliki tangki penyimpanan dan terminal di 15 pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. AKR juga memiliki armada logistik yang lengkap meliputi kapal dan truk pengiriman BBM dan kimia dasar, serta telah melayani lebih dari 2.000 perusahaan dan industri di seluruh Indonesia.
Selain dikenal sebagai perusahaan penyedia jasa logistik, supply chain, dan infrastruktur terkemuka di Indonesia. Dengan jaringan logistik yang luas, AKR menjadi salah satu distributor swasta terbesar untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kimia dasar di Indonesia. Melansir laman resmi perusahaan, saat ini AKRA telah mengoperasikan 135 SPBU bermerek AKR yang menjual diesel dan bensin berkualitas tinggi untuk kendaraan bermotor dan nelayan di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
AKRA juga mendirikan terminal independen penyimpanan BBM terbesar bernama PT Jakarta Tank Terminal (JTT) di Pelabuhan Tanjung Priok, bermitra dengan Royal Vopak pada 2011. JTT kini merupakan penyedia jasa penyimpanan yang modern dan efisien untuk perusahaan minyak Internasional maupun perusahaan Indonesia.
Tak sebatas bisnis distribusi logistik dan minyak, AKRA juga memperkenalkan sistem teknologi inovatif yang mampu memonitor dan mengendalikan pergerakan kargo, persediaan, serta distribusi industri dan BBM bersubsidi.
Perseroan juga tengah mengembangkan kawasan industri dan pelabuhan terintegrasi bernama Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. Proyek ini dikembangkan melalui entitas anak Perseroan, PT Usaha Era Pratama Nusantara, yang bekerja sama dengan PT Berlian Jasa Terminal Indonesia, entitas anak dari PT Pelabuhan Indonesia III (Pelindo III). JIIPE memiliki konsep kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan laut dalam yang akan menghasilkan nilai tambah signifikan bagi Perseroan.
Saat ini, Perseroan juga sedang mengembangkan bisnis BBM ritel dan avtur dengan menjalin kerja sama dengan BP Global. Dari sisi ritel, kedua belah pihak melakukan joint venture untuk membentuk perusahaan bernama PT Aneka Petroindo Raya, yang beroperasi di bawah nama “BP AKR Fuels Retail”.
Sedangkan dari sisi avtur, perusahaan patungan PT Dirgantara Petroindo Raya akan beroperasi di bawah nama Air BP-AKR Aviation dan diluncurkan untuk mengembangkan bisnis bahan bakar penerbangan di Indonesia.