Startup teknologi finansial pembiayaan alias fintech lending, Akulaku atau PT Akulaku Silvrr Indonesia resmi mengakuisisi 24,9 % saham Bank Neo Commerce per Jumat (19/11). Aksi korporasi tersebut diumumkan dalam keterbukaan informasi bank dengan kode saham BBYB tersebut, Sabtu (20/11).
“Perseroan, Akulaku, dan PT Gozco Capital sebagai Pemegang Saham Pengendali Perseroan sebelumnya telah menandatangani Akta Pengambilalihan No. 13 tanggal 17 November 2021, di Jakarta Selatan,” kata Corporate Secretary Bank Neo, Agnes Fibri Triliana dalam keterangannya.
Di samping itu, Bank Neo juga mengumumkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait kelayakan Akulaku menjadi pemegang saham pengendali. Informasi tersebut disampaikan dalam Keputusan Anggota Dewan Komisioner OJK no. KEP 175/D.03/2021.
Selain itu, manajemen mengonfirmasi bahwa aksi korporasi tersebut tidak memiliki dampak marerial terhadap kegiatan operasional dan kelangsungan usaha perusahaan. Selanjutnya, perusahaan akan melakukan pengumuman dan laporan sesuai dengan ketentuan berlaku.
Akulaku merupakan fintech yang didirikan William Li pada 2014. Li memiliki latar belakang hukum dan manajemen investasi ditemani rekannya, Gordon Hu yang merupakan software engineer. Saat itu, Li memiliki ide untuk membuat layanan keuangan lintas negara di luar Cina.
Dia sempat mendirikan platform pengiriman uang di Hong Kong pada 2015, sembari mempelajari gaya hidup masyarakat Indonesia yang termasuk dalam nasabahnya. Kemudian, Li membangun layanan finansial daring di Indonesia secara khusus.
Berawal dari keprihatinan Li melihat kebutuhan pinjaman individu yang tinggi, minimnya kantor cabang perusahaan pemberi pinjaman dan proses yang rumit, Akulaku tawarkan layanan berbeda. Selain memberikan pinjaman, sistem kredit Akulaku bisa juga dimanfaatkan untuk pembayaran dan belanja. Ditambah lagi, proses pencairan kredit tanpa agunan alias KTA Kilat hanya 5 menit.
Berhasil menguasai 30% pangsa pasar sejak 2015, Akulaku kini melakukan pembiayaan Seri A, atau yang dikenal sebagai pendanaan awal. Pada 2016, perusahaan beralih ke bisnis pinjaman konsumen dan meluncurkan aplikasi, serta berhasil menggaet 1 juta unduhan dalam 6 bulan pertama beroperasi.
Akulaku meluncurkan layanan khasnya, Akucicil yang kemudian dikenal dengan Akulaku Pay pada Agustus 2017. Di tahun yang sama, Akulaku juga menambahkan penawaran produk investasi dan manajemen kekayaan melalui Asetku, serta meluncurkan layanan pinjaman tunai.
Pada pertengahan 2018, Akulaku bahkan sudah mengantongi 10 juta pendaftar. Seiring perkembangan yang pesat, startup tersebut juga menerima investasi strategis dari Ant Financial.
Agresif melancarkan aksi korporasi, pada 2019 Akulaku melakukan akuisisi terhadap PT Bank Yudha Bhakti Tbk yang akhirnya menjadi BNC. Dimulai dari pengambil alihan 5,2% kepemilikan di Maret 2019, Akulaku akhirnya menambah kepemilikannya sebesar 14,24% usai proses private placement. Akulaku kini beroperasi di empat negara, yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Vietnam.
Di sisi lain, Bank Neo merupakan nama baru dari Bank Yudha Bhakti yang didirikan pada 1990. Bank tersebut diawali dari PAKTO 27/1988 yang diinisiasi oleh Dephankam, Perum ASABRI, Pepabri dan para developer.
Pendirian tersebut sesuai Persetujuan Prinsip dari Menteri Keuangan di tanggal 14 Agustus 1989. Di mana, bank mulai beroperasi pada 9 Januari 1990. Bank tersebut awalnya berada di bawah Induk Koperasi dan Pusat Koperasi di lingkungan TNI/POLRI dan juga Dephankam.
Bank Yudha Bhakti mulai melantai di Bursa Efek Indonesia pada Januari 2015 dan resmi menjadi perusahaan publi lewat penawaran umum perdana alias IPO. Saat itu, saham perdana dibanderol dengan harga Rp 115 per saham dan melepas 300 juta lembar saham. Alhasil, bank dengan kode saham BBYB tersebut berhasil mengantongi dana segar Rp 34,5 miliar.
Bank Yudha Bhakti mengalami sejumlah perubahan di tahun 2020. Di samping menghadapi pandemi, Yudha Bhakti juga melakukan transformasi menjadi Bank Digital dan juga resmi menjadi Bank BUKU II. Transformasi juga membuat perbankan tersebut merubah namanya menjadi PT Bank Neo Commerce, Tbk.
Seiring langkah akuisisi Akulaku, kini 24,9 % atau 1,8 miliar lembar saham BBYB dikuasai startup tersebut. Adapun Gozco Capital memiliki 16,5 % atau 1,2 miliar lembar saham. Adapun porsi kepemilikan saham masyarakat sekitar 41,3 % atau setara 3,1 miliar saham.
Melansir RTI, pada penutupan perdagangan Jumat (29/11) harga saham BBYB ditutup koreksi 2,7 % di level Rp 2.180 per saham. Meskipun begitu, sepanjang 2021 harga saham emiten ini sudah naik 631 % dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 16,34 triliun.
Penyumbang bahan: Amartya Kejota (Magang)