PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) mampu membukukan laba bersih Rp 18,87 triliun hingga triwulan ketiga 2021. Perolehan tersebut tumbuh 13,15 % dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 16,67 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan Telkom untuk periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2021, laba bersih tersebut sejalan dengan pendapatan Rp 106,04 triliun, tumbuh 6,11 % dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 99,94 triliun.
Mayoritas pendapatan Telkom masih berasal dari bisnis data, internet, dan jasa teknologi informatika dengan total Rp 60,24 triliun per September 2021. Pendapatan tersebut tumbuh 6,72 % dibanding periode sama tahun lalu Rp 56,45 triliun.
Penyokong lain pada pendapatan Telkom berasal dari bisnis Indihome senilai Rp 19,63 triliun dalam sembilan bulan awal 2021. Pendapatan dari bisnis Indihome ini tumbuh signifikan 21,88 % dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 16,11 triliun.
Bisnis lain yang menyumbang pendapatan bagi Telkom adalah pembayaran telepon senilai Rp 12,75 triliun. Meski begitu, bisnis ini kian tenggelam karena pendapatannya turun 15,74 % dibanding periode sama tahun lalu Rp 15,13 triliun.
Total pendapatan yang naik ini diiringi oleh sejumlah biaya dan beban yang juga membesar. Sebagai contoh yakni beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi yang menggerus profitabilitas Rp 26,97 triliun. Beban ini naik 7,49 % dibandingkan Rp 25,09 triliun secara tahunan.
Sejumlah beban seperti penyusutan dan amortisasi, beban karyawan, dan beban interkoneksi pun naik. Meski begitu, laba usaha Telkom Rp 36,3 triliun per September 2021 masih tumbuh 7,49 % dibanding Rp 25,09 triliun pada periode sama tahun lalu.
Telkom mencatatkan jumlah aset Rp 246,5 triliun per September 2021 yang terdiri dari aset lancar Rp 40,86 triliun dan aset tidak lancar Rp 205,63 triliun. Sayangnya, total aset Telkom tersebut turun dibandingkan per Desember 2020 senilai Rp 246,94 triliun.
Telkom juga catatkan jumlah liabilitas Rp 127,68 triliun per September 2021, terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 68,36 triliun dan jangka panjang Rp 59,32 triliun. Liabilitas ini naik dibandingkan per Desember 2020 Rp 126,05 triliun.
Performa Telkom Naik, Bagaimana Indosat dan XL Axiata?
Bila laba PT Telkom naik ditopang oleh anak usaha Indihome, bagaimana kinerja para pesaingnya, seperti Indosat dan XL?
Hingga triwulan ketiga 2021, PT Indosat Tbk (ISAT) mampu mencetak laba bersih Rp 5,8 triliun. Catatan tersebut berbalik signifikan dibandingkan rugi bersih pada periode sama tahun lalu mencapai Rp 457,5 miliar.
Raihan laba bersih yang cemerlang tersebut berasal dari keuntungan bersih dari jual dan sewa balik menara. Per September 2021, Indosat mengantongi keuntungan Rp 6,16 triliun. Tahun lalu, Indosat tidak mengantongi keuntungan tersebut.
"Pertumbuhan laba bersih ini utamanya disebabkan oleh laba dari transaksi penjualan menara," dikutip dari investor memo Indosat, Kamis (28/10).
Seperti diketahui pada 18 Mei 2021, Indosat resmi menjual 4.247 menara kepada PT Epid Menara Assetco. Setelah itu, Indosat menyewa kembali 4.085 menara. Sehingga total nilai transaksinya Rp 10,47 triliun.
Selain mendapatkan keuntungan dari penjualan menara, performa keuangan Indosat juga bertumbuh. Berdasarkan laporan keuangan per September 2021, jumlah pendapatan Indosat Rp 23,05 triliun atau tumbuh 11,96 % dibandingkan Rp 20,59 triliun pada periode sama tahun lalu.
Pendapatan Indosat mayoritas berasal dari bisnis selular mencapai Rp 18,78 triliun dalam sembilan bulan awal 2021. Pendapatan dari bisnis ini tumbuh 10,33% dibandingkan Rp 17,03 triliun per September 2020.
Pendapatan dari bisnis multimedia, komunikasi data, dan internet (MIDI) senilai Rp 3,84 triliun hingga triwulan ketiga 2021, tumbuh 21,38 % dari Rp 3,16 triliun.
Jika Indosat mampu membukukan laba signifikan karena menjual menara, sebaliknya laba bersih PT XL Axiata Tbk (EXCL) per September 2021, turun 51,04% secara tahunan. Laba bersih XL Axiata, Rp 1,02 triliun hingga kuartal ketiga 2021, sementara periode sama tahun lalu Rp 2,07 triliun.
Penurunan laba bersih XL Axiata tahun ini bukan lantaran kinerja yang lesu, melainkan karena tahun lalu perusahaan memperoleh cuan melimpah dari hasil penjualan dan sewa balik menara telekomunikasi.
Pada tahun lalu, laba bersih XL Axiata mencapai Rp 2,07 triliun, karena XL Axiata mengantongi keuntungan dari penjualan dan sewa-balik menara Rp 1,97 triliun. Sementara itu, pada periode sama tahun ini keuntungannya hanya Rp 313,29 miliar saja.
Pada Februari 2020, XL Axiata memang merampungkan transaksi penjualan sebanyak 2.782 menara kepada dua perusahaan. Sebanyak 1.728 unit dilepas kepada PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dan sebanyak 1.054 unit kepada PT Centratama Menara Indonesia (CMI).
Selain tidak mengantongi cuan penjualan menara lagi, kinerja keuangan XL Axiata juga tidak bisa dibilang cemerlang. Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan XL Axiata senilai Rp 19,8 triliun hingga triwulan ketiga 2021, hanya mampu tumbuh 0,73 % dari Rp 19,65 triliun hingga kuartal ketiga 2020.
Mayoritas pendapatan XL Axiata masih berasal dari bisnis data Rp 16,8 triliun atau tumbuh 4,43 % dari Rp 16,09 triliun. Sementara, bisnis non-data yang dikantongi XL Axiata Rp 1,6 triliun atau turun 28,59 % dari Rp 2,24 triliun.
Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, periode triwulan III-2021 cukup berat, di tengah kompetisi industri yang tidak pernah kendor. Untuk itu, XL Axiata tetap melanjutkan digitalisasi secara end-to-end di hampir semua lini bisnis.
"Antara lain, mengimplementasikan analisis berbasis artificial intelligence (kecerdasan buatan) untuk meningkatkan efisiensi dalam operasional," kata Dian seperti dikutip dari siaran resmi, Selasa (9/11).